Tapi walau sudah bayar sebesar itu, ternyata harus yang dibayar pihak asuransi hanya 44% dari biaya perawatan dan ada batasnya, batasnya itu 6x pendapatan tahunan rata-rata petani, itu untuk yang hidup di desa.
Untuk yang hidup di kota, biayanya lebih mahal lagi, 240 USD/tahun tanpa subsidi pemerintah. Jadi sekitar Rp 3,424,296 pertahun, atau 285 ribu perbulan. Itupun tidak gratis semua ditanggung, ditanggung hanya 68% dengan batas maksimal 6x pendapatan rata-rata mereka yang hidup di kota.
Ini angka yang saya bahas tahun 2011, sekarang tentunya tarifnya naik tapi sistemnya tidak jauh berbeda.
Sekarang coba lihat sistem kesehatan di Indonesia...
Ada anak dengan penyakit jantung bawaan, perlu di operasi biayanya 100 juta. Dulu kalau memang miskin bisa daftar jamkesmas sehingga tindakannya bisa ditanggung.
Tapi kalau mampu sedikit, misal anak karyawan pabrik, tidak berhak dapat Jamkesmas. Dia harus keliling dulu kebeberapa yayasan, cari donatur agar anaknya bisa dioperasi.
Sekarang tinggal daftar BPJS biaya paling murah Rp 25.500/bulan dan operasi senilai 100 juta bisa di tanggung oleh BPJS.
Baca Juga: Teka-teki Kematian Bruce Lee Akhirnya Terungkap, Pembengkakan Otak
Dulu pasien dengan robekan pembuluh darah besar bagaikan di vonis hukuman mati. Karena kalau sampai pembuluh darah robek mendadak pasien bisa langsung meninggal. Biaya untuk operasi terlalu mahal, harus jual rumah baru bisa hidup, banyak yang tidak sanggup.
Kini dengan adanya BPJS pasien hanya harus bayar iuran Rp 25.500/bulan lantas bisa dirujuk dan dipasang stent endovaskular. Biaya sebesar 200 juta ditanggung BPJS.
Sekarang ada wacana iuran BPJS mau naik, kelas III dari Rp25.500 menjadi Rp42.000, kelas II dari Rp51.000 menjadi Rp110.000, lalu kelas I dari Rp80.000 menjadi Rp160.000.
Source | : | CNN,Kompas TV,GridHealth.ID,persi.or.id |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar