Menurtnya, infeksi diare di musim kemaru erat kaitannya dengan ketersediaan air bersih, mengonsumsi makanan tidak higienis, makan tanpa mencuci tangan, atau memasak air belum mendidih dan sudah dikonsumsi.
Apalagi masyarakat Kabupaten Labak – Banten, masih banyak ditemukan BAB di sungai atau di kebun.
Karenanya, menurut dr Firman, pihaknya meminta tenaga medis puskesmas mewaspadai infeksi diare ini di musim kemarau panjang ini.
Mengenai hal ini, melansir scientificamerican.com, Kathleen Alexander, profesor di Sekolah Tinggi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Virginia Tech, mengatakan bahwa iklim mendorong sebagian besar diare, meningkatkan ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap masyarakat yang rentan.
Analisis 30 tahun data oleh timnya menemukan puncak diare yang tak terduga adalah di saat musim panas dan terkering di tahun ini. Apalagi sat ini begitu banyak lalat di sekitar kita.
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan penyakit diare, penyebab kematian paling umum kedua di dunia pada anak di bawah lima tahun, dapat dicegah dan diobati. Ini terutama mempengaruhi anak-anak di bawah dua tahun, dan merupakan penyebab utama kekurangan gizi pada balita.
Untuk mencegah diare, yang paling mudah adalah menjalankan pola hidup bersih dan sehat setiap hari.
Ini wajib dilakukan tidak hanya oleh seluruh anggota keluarga, tapi juga oleh lingkungan sekitar kita.
Terapi atau pengobatan, diare memang bisa sembuh dengan sendirinya. Dengan catatan pasien tetap terhidrasi dengan baik dan tercukupi kebutuhan gizinya dengan sempurna.
Terapi rehidrasi oral, melasnir aafp.org, dengan refeeding dini adalah pengobatan yang lebih disukai untuk dehidrasi.
Source | : | mayoclinic,antaranews.com,scientificamerican.com,GridHealth.ID,aafp.org,Probiotik |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar