GridHEALTH.id - Berdasar data Kementerian Pertanian, makanan siap saji pada saat ini menyumbang 28% dari semua kalori yang dikonsumsi oleh penduduk perkotaan.
Baca Juga: Wah, Layanan Pesan Antar Makanan Dituding Jadi Penyebab Naiknya Penderita Jantung
Dengan demikian data ini juga menunjukkan konsumsi makanan siap saji di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
Fenomena ini terjadi karena adanya perubahan pola pangan dalam beberapa dekade terakhir. Mayoritas penduduk dunia secara dramatis mengubah pola pangan dan kebiasaan makannya sebagai dampak dari globalisasi, urbanisasi, dan meningkatnya pendapatan.
"Masyarakat banyak beralih dari makanan yang bergantung pada musim, sebagian besar bersumber dari tumbuhan (nabati) dan kaya serat ke makanan yang tinggi karbohidrat, gula, lemak, dan garam," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan, Agung Hendriadi, seperti dikutip dari Kompas Health.
Apalagi masyarakat, terutama di daerah perkotaan, yang semakin bergantung pada berbagai kemudahan mendapatkan makanan.
Baca Juga: Membuat Paru-paru Selalu Sehat Sangat Mudah, Ini Caranya
Contohnya dari supermarket, restoran cepat saji, layanan pesan antar makanan, pedagang kaki lima, dan hidangan restoran yang bisa dibawa pulang.
Apalagi ada aplikasi memesan makanan lewat telepon. Keberadaan aplikasi itu kini banyak menarik perhatian pengguna smartphone.
Bukan tanpa alasan, kita dapat dengan mudah memesan makanan hanya dengan menggunakan ponsel. Tinggal duduk di rumah, makanan favorit akan segera diantar.
Jadinya masyarakat bisa sangat mudah menikmati makanan yang diinginkan berkat adanya layanan pesan antar. Namun ternyata hal ini bisa berdampak buruk pada kesehatan.
Baca Juga: Tidur Nyenyak Berkualitas Syarat Dapatkan Kesehatan Prima, Ini Tipsnya
Kemudahan yang ditawarkan untuk memesan makanan tanpa perlu berjalan ataupun mengantre mendorong timbulnya perubahan pada pola hidup.
Selain itu, makanan yang disediakan biasanya cepat saji yang mengandung tinggi gula dan garam yang jelas menimbulkan risiko buruk pada kesehatan.
Mudahnya memperoleh makanan bisa menyebabkan tidak terkontrolnya konsumsi kita sehari-hari. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya perubahan pada jumlah pasien penyakit jantung di Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa kondisi ini yang menyebabkan terjadinya perubahan pada jumlah pasien penyakit jantung di Indonesia.
Baca Juga: Astaga, Indonesia Penyumbang BAB Sembarangan Kedua Terbanyak di Dunia, Sudah Jelas Ini Risikonya
Perubahan tersebut dilatarbelakangi oleh transisi yang terjadi di masyarakat. Sehingga juga mendorong perubahan pada jumlah penderita penyakit jantung.
Anak-anak dan remaja juga mudah mengakses makanan dan minuman siap saji yang dijual di jalanan, dengan harga murah dan ada di mana-mana.
Agar tidak terjebak penyakit, perubahan pola hidup dapat dilakukan dengan mengurangi risiko dari merokok dan meningkatkan aktivitas fisik.
Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula, garam, dan lemak yang berlebihan juga dapat berperan dalam menerapkan pola hidup yang lebih sehat. (*)
Source | : | kemenkes.go.id,merdeka.com,Kompas Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar