GridHEALTH.id - Januari 2020 diawali dengan banjir. Karenanya Banjir Januari 2020 ini menjadi fenomena yang luar biasa.
Jakarta, Jawa Barat, Banten, masuk dalam cakupan banjir Januari 2020.
Malah, titik banjir di Jawa Barat yang paling banyak di bandingkan dengan Jakarta.
Baca Juga: Hujan Lebat Tak Kunjung Reda, Sambutan Awal Tahun 2020 Beberapa Titik di Jakarta Terendam Banjir
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo, mengatakan bahwa banjir Januari 2020 tidak hanya menggenangi Jakarta pada awal tahun baru ini.
Daerah yang mengalami titik banjir terbanyak adalah Jawa Barat.
Menurut Agus Wibowo, banjir awal tahun ini menggenangi wilayah yang cukup luas di wilayah Jabodetabek.
Baca Juga: Usai Perayaan Pergantian Tahun, Remaja 16 Tahun Ini Tewas Tersengat Listrik saat Banjir
Menurut pantauan BNPB, ada 169 titik banjir Januari 2020 di seluruh wilayah Jabodetabek dan Banten.
Titik banjir Januari 2020 terbanyak berada di Provinsi Jawa Barat, sebanyak 97 titik.
Sementara titik banjir Januari 2020 DKI Jakarta hanya 63 titik, dan Banten 9 titik.
Titik banjir Januari 2020 di Jawa Barat menurut BNPB ada di; Kabupaten Bekasi 32 titik, Kota Bekasi 53 titik, dan Kabupaten Bogor 12 titik.
Di Provinsi Banten mempunyai 9 titik dengan rincian Kota Tangerang 3 titik dan Tangerang Selatan 6 titik.
DKI Jakarta mempunyai 63 titik banjir Januari 2020; Jakarta Barat 7 titik, Jakarta Pusat 2 titik, Jakarta Selatan 39 titik, Jakarta Timur 13 titik, dan Jakarta Utara 2 titik.
"Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah yang paling terdampak banjir Januari 2020 adalah Kota Bekasi (53 titik), Jakarta Selatan (39 titik), Kabupaten Bekasi (32 titik), dan Jakarta Timur (13 titik)," katanya melalui ponsel, Kamis (2/1), seperti dilansir dari Tribun Jabar.
Kedalaman banjir Januari 2020 tertinggi menurut Agus adalah 2,5 meter terjadi di Perum Beta Lestari, Jatirasa, dan Jatiasih, di Kota Bekasi, Jawa Barat.
Banjir Januari 2020 kali ini tak hanya manuasia yang ketakutan terkena air banjir.
Tidak sedikit hewan kotor yang biasa hidup ditempat kotor, seperti selokan, got, dan mereka ini hewan pembawa penyakit mematikan, seperti laptospirosis, juga enggan kebanjiran dan terkena air banjir.
Baca Juga: Makan 6 Siung Bawang Putih Panggang Sehari, Khasiat Dahsyatnya Terasa Hanya Dalam Waktu 24 Jam
Baca Juga: Berantas Stunting: Mengonsumsi 2 Jenis Makanan Hewani Setiap Hari Efektif Cegah Stunting
Melansir Grid.ID dari akun Twitter @Ellina_Vay, Selasa (2/1/2020),ternyata hewan menjijikan seperti tikus dan kecoa pun enggak kebanjiran dan menghindar air banjir saat banjir Januari 2020 kemarin.
Dalam unggahan video tersebut, terdapat ratusan kecoa dan puluhan tikus yang ikut menyelamatkan diri.
Tak diketahui persis dimana letak lokasi tersebut.
Hewan pun ingin hidup dan punya naluri menyelamatkan diri. ????#PecatAniesBaswedan #BanjirJakarta2020 pic.twitter.com/nS1SvSozbj
— #GustiOraSare (@Elina_Vay) January 2, 2020
"Gara-gara banjir kecoa ngungsi ke tembok semua, tuh tikus-tikus juga naik ke pager," ucap seseorang dalam video tersebut.
Baca Juga: Seorang Anak Temukan Ibunya Tewas Mengambang Saat Banjir Melanda Jakarta
Si pengunggah video pun juga tak lupa memberikan keterangan pada video yang diunggahnya.
"Hewan pun ingin hidup dan punya naluri menyelamatkan diri," tulis si pengunggah video pada keterangan videonya.
Hal ini banyak mencuri perhatian dari warganet.
Ada yang merasa kasihan dengan tikus dan kecoa tersebut, adapula yang merasa jijik karena saking banyaknya.
"Kasian huhuhu.. kemaren liat tikus ngambang aja kasian akutuh," tulis akun @Hageta15.
Baca Juga: Yang Harus Orang Tua Lakukan untuk Cegah Serangan Asma Anak
"Gua merinding liat kecoanya (emotikon nangis)," tulis akun @rizkitaaaaaaai.
"Jorok," tulis akun @MonicaAgustin0.(*)
Satu hal yang harus kita ketahui, jika si perekam video tersebut pintar, dirinya tentu akan menjauhi tempat yang nyata-nyata banyak tikusnya seperti dalam video. Kenapa?
Perlu diketahui, saat banjir tikus berisiko menularkan penyakit yang diberi nama Leptospirosis.
Secara singkat, Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis (yang dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya), merupakan water borne disesase (ditularkan melalui air) yaitu urine dari penderita.
Baca Juga: Diasuh Baby Sitter Tanpa Diberi ASI, Kondisi Anak Medina Zein Diungkap Sang Ayah
Baca Juga: Viral Wawancara Tikus Minta Anies Baswedan Atasi Banjir Jakarta, Bisa Picu Penyakit Leptospirosis
Urine tersebut biasanya mengandung bakteri Penyakit ini, yaitu bakteri Leptospira Sp.
Di Indonesia, Leptospirosis paling sering terjadi melalui tikus pada saat banjir, karena pada saat banjir banyak air tergenang, sampah-sampah yang terbawa arus dan tanah yang becek yang menyebabkan bakteri Leptospira berkembang biak dengan mudahnya.
Leptospirosis dapat menyerang manusia melalui paparan air atau tanah yang telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira.
Terlebih bagi mereka yang melakukan kontak langsung dengan hewan pembawa penyakit eptospirosis seperti tikus.
Baca Juga: Si Raja Sayuran, Terung Punya 9 Manfaat Turunkan Risiko Serangan Jantung Sampai Cegah Kebodohan
Biasanya gejala awal yang umum terjadi pada manusia yang terinfeksi Leptospirosis adalah demam, nyeri otot, muntah dan mata merah.
Namun beberapa gejala kuga bisa mirip seperti selesma, sehingga terkadang menyulitkan saat didiagnosa.
Namun dalam kasus yang tidak tertangani Leptospirosis dapat melanjut menjadi parah yaitu syndrome weill ditandai jaundis, disfungsi ginjal, nekrosis hati, disfungsi paru-paru yang tentunya sangat berbahaya bagi kesehatan.
Baca Juga: Si Raja Sayuran, Terung Punya 9 Manfaat Turunkan Risiko Serangan Jantung Sampai Cegah Kebodohan
Oleh karena itu, saat musim banjir ini cob alah hindari kontak dengan binatang pengerat tersebut dan juga gunakn sepatu bot jika harus berjalan diatas genangan banjir.
Artrikel selengkapnya tentang penyakit mematikan Leptospirosis, KLIK DI SINI (*)
#berantasstunting
Source | : | grid.id,Tribun Jabar,GridHealth.ID |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar