GridHEALTH.id – Diberitakan sebelumnya, aktor senior Henky Solaiman pamit dari sinetron Dunia Terbalik lantaran mengidap kanker usus.
Meski telah divonis mengidap kanker usus, Henky Solaiman menolak untuk mendapat perawatan medis.
Baca Juga: Sakit Kanker Usus, Henky Solaiman Pamit dari Sinetron Dunia Terbalik
Padahal Henky Solaiman sadar betul, ada kemungkinan dokter yang merawatnya marah jika tahu dia memutuskan tak menjalani perawatan.
Namun, Henky Solaiman tetap bersikukuh untuk tidak menjalani perawatan.
Baca Juga: Penyakit Gigi dan Mulut; Leukoplakia Bisa Sebabkan Kanker Mulut, Salah Satu Tandanya Bercak Putih
Alasannya, aktor kelahiran 1941 itu merasa tidak bisa hidup normal lagi setelah operasi atau pun kemoterapi.
Kanker usus sendiri adalah jenis kanker yang dimulai di usus besar. Usus besar adalah bagian terakhir dari saluran pencernaan.
Kanker usus biasanya menyerang orang dewasa yang lebih tua, meski begitu kanker ini bisa terjadi pada usia berapa pun.
Jika kanker usus berkembang, banyak perawatan tersedia untuk membantu mengendalikannya, termasuk operasi, terapi radiasi dan perawatan obat, seperti kemoterapi, terapi target, dan imunoterapi.
Baca Juga: Kanker Usus Besar Serang Usia Muda, Ini Gejala dan Cara Mencegah
"Disuruh operasi, kemo (terapi) itu sudah biasa, tapi kalau (operasi) dekat rektum, 80 persen sudah pakai kantong lah," kata Henky seperti dikutip Kompas.com dari tayangan Cumicumi, Rabu (22/1/2020).
"Enggak bisa disambung lagi, tiga bulan, ya sudah kantong seumur hidup. Ya itu bukan hidup namanya saya bilang, saya nolak operasi, enggak mau kemo," ucapnya lagi.
Menurut American Cancer Society, jika kanker sudah di tahap lebih lanjut dan dekat dengan anus, operasi akan dilakukan untuk menghilangkan kanker kemudian perut akan dibuat lubang untuk membuang kotoran tubuh.
Itu disebut kolostomi. Pasien akan membutuhkannya dan menggunakan kantong stoma (kantong untuk menampung kotoran) selama sisa hidupnya.
Jika kanker telah menyebar ke organ-organ terdekat dengan anus, akan diperlukan operasi lebih banyak.
Baca Juga: 5 Kondisi Sepele yang Menjadi Gejala Awal Kanker Usus Besar
Dokter dapat mengeluarkan rektum dan organ-organ di sekitarnya, seperti kandung kemih, prostat, atau rahim.
Akibatnya pasien akan memerlukan kolostomi setelah operasi itu. Jika kandung kemih diangkat, lubang untuk mengambil urin juga diperlukan.
Jika pasien memiliki kolostomi, pasien perlu belajar cara merawatnya. Perawat dengan pelatihan khusus akan menemui pasien sebelum dan sesudah operasi untuk mengajarinya apa yang harus dilakukan.
Namun karena menolak menjalani kemoterapi dan operasi, Henky Solaiman memilih untuk menjalani terapi magnet.
Meski ia sendiri tidak tahu pasti apakah itu akan berpengaruh pada kanker yang diidapnya.
Setidaknya, dia pernah merasa kondisinya jauh lebih baik dan lebih lancar Buang Air Besar (BAB) setelah menjalani terapi magnet.
"Setelah berapa lama tidur di magnet ini lumayan, tiap hari ada beberapa teman dokter (bilang), setiap ada masuk ada keluar, bagus. Bertahanlah (dengan terapi magnet)," ujar Henky Solaiman.(*)
#berantasstunting
Source | : | Kompas.com,cancer.org |
Penulis | : | Deva Norita Putri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar