GridHEALTH.id - Muhammad Millendaru Prakasa Samudro alias Millen Cyrus beberapa tahun terakhir memang kerap menghebohkan publik.
Hal ini lantaran dirinya yang selalu berdandan layaknya seorang wanita tulen di depan muka umum.
Terlebih Millen Cyrus juga disebut telah melakukan operasi payudara di Thailand.
Bahkan karena operasi payudara tersebut, Millen Cyrus dikabarkan sempat berseteru dengan Ashanty yang tak lain adalah bibinya sendiri.
Tak cukup sampai disitu, Millen Cyrus juga mengaku telah melakukan suntik hormon.
"Aku kan udah transisi jadi cewek kan, jadi aku kalau gak terapi hormon ya bisa bakal kena kanker, apalah gitu," ucap Millen.
Diakuinya suntik hormon tersebut dilakukan untuk menyeimbangkan tubuhnya.
Meski telah melakukan beragam operasi untuk menunjang penampilannya layaknya seorang wanita, tapi nyatanya Millen Cyrus ogah atau tidak mau untuk mengganti kelaminnya.
Baca Juga: 3 Kelebihan Bandeng dari Ikan Lainnya, Tapi Tidak Dianjurkan Dikonsumsi Setiap Hari, Lo Kok?
Hal itu ia ungkapkan ketika menjadi tamu di acara kanal YouTube Deddy Corbuzier yang diunggah pada Selasa (4/2/2020) kemarin.
Menurut Millen Cyrus dirinya sudah terlanjur nyaman dengan tubuh yang saat ini dimilikinya.
"Aku lagi nyaman seperti ini, dan aku happy in this way. Ya aku bangga dengan diriku yang sekarang dibanding yang dulu," ujar Millen.
"Aku gak mau, karena kebanyakan orang yang sama aku, even temen atau siapa pun mereka bilang 'aku lebih suka kamu seperti ini dan aku lebih nyaman kamu seperti ini, even kamu masih ada (kemaluan)' gitu," ucap Millen.
Millen Cyrus mengaku tahu betul risiko yang akan didapat jika nekat mengganti kelamin.
"Dan temen-temen aku bilang, mending gak usah, karena kalau udah potong (kemaluan) mental apapun semua akan berubah," tutup Millen Cyrus.
Mengganti kelamin memang memiliki risiko yang tak bisa dianggap sepele setelahnya. Seperti dilansir dari WebMD, berikut beberapa dampak dari operasi ganti kelamin;
1. Infeksi dan perdarahan pasca operasi
Saat operasi, dokter akan membuat banyak sayatan pada penis atau vagina. Proses tersebut berisiko melukai pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan dalam jumlah banyak.
Luka operasi juga rentan terinfeksi oleh bakteri, terutama dari jenis staph. Pada kasus yang parah, infeksi dapat menyebar ke aliran darah dan menyebabkan sepsis. Sepsis yang tidak ditangani dengan tepat berisiko mengakibatkan kegagalan organ.
2. Infeksi saluran kemih (ISK)
Mengingat operasi dilakukan pada alat kelamin, ada kemungkinan bagi bakteri untuk menyebar ke saluran kemih. Hal ini sejalan dengan sebuah survei jangka panjang yang dimuat dalam kongres PRS Global Open tahun 2016.
Baca Juga: 8 Kebiasaan yang Tanpa Disadari Dapat Merusak Ginjal, Salah Satunya Jangan Kebanyakan Makan Daging
Beberapa pasien operasi ganti kelamin ternyata mengalami efek samping yang menyerupai gejala ISK. Di antaranya nyeri panggul, aliran urine yang lemah, susah buang air kecil, dan sering buang air kecil pada malam hari.
3. Berkurangnya kepuasan dari hubungan seksual
Meski operasi ganti kelamin telah dilakukan sedemikian rupa untuk membuat bentuk organ intim menyerupai aslinya, hasilnya tentu tidak akan sesempurna organ genitalnya yang asli.
Orang-orang yang melakukan operasi ini biasanya akan merasakan efek samping berupa berkurangnya kenikmatan seksual jika dibandingkan dengan sebelum mereka melakukan operasi kelamin.
4. Masalah kesehatan terkait perubahan hormon
Sekitar satu tahun sebelum operasi, pasien akan menjalani terapi hormon. Laki-laki yang ingin menjalani operasi transgender perlu menempuh terapi estrogen untuk memunculkan ciri reproduksi feminin.
Sementara itu, perempuan yang ingin menjalani prosedur ini akan mendapatkan prosedur testosteron guna mendapatkan efek sebaliknya.
Baca Juga: Virus Demam Babi Afrika Menyerang Bali, Ratusan Ternak Mati, Bahayakah Bagi Manusia ?
Kedua hormon ini tidak luput dari efek samping. Terapi estrogen bisa meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah pada paru-paru dan pembuluh darah di area kaki. Kondisi ini tentu dapat memicu komplikasi saat pelaksanaan operasi.
Sementara itu, terapi testosteron bisa meningkatkan tekanan darah, penurunan respons tubuh terhadap insulin, dan perubahan abnormal pada jaringan lemak. Perubahan ini tentu memicu peluang munculnya obesitas, hipertensi, serta diabetes di kemudian hari.
5. Masalah psikologis atau kesehatan mental
Direktur ARIF, Chris Hyde, mengatakan, ada ketidakpastian tentang apakah mengubah organ intim seseorang adalah hal yang baik atau buruk.
"Masih ada sejumlah besar orang-orang yang menjalani operasi ganti kelamin tetapi tetap trauma, sering sampai pada titik melakukan bunuh diri," katanya.
ARIF yang memberi saran kepada NHS di West Midlands tentang bukti perawatan kesehatan, menemukan bahwa sebagian besar penelitian medis tentang pergantian organ intim tidak dirancang dengan baik.
Melihat penjelasan tersebut dengan segala risikonya, tak heran Millen Cyrus tidak berminat melakukan operasi ganti kelamin.(*)
#berantasstunting
Source | : | WebMD,Grid.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar