GridHEALTH.id - Baru-baru ini, dunia pendidikan Tanah Air kembali tercoreng atas aksi sekawanan siswa dan siswi SMK dari Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Sebuah video viral seorang siswi SMK tengah digerayangi beberapa teman sebayanya di sekolah, yaitu 2 orang siswi dan 3 orang siswa.
Dalam video tersebut, sang siswi sengaja ditutup mulutnya dengan jilbab yang ia kenakan agar tidak berteriak, sedangkan tangan dan kakinya pun dipegangi oleh beberapa orang yang diduga siswa laki-laki di sekolahnya.
Kejamnya lagi, area organ intimnya diremas oleh para siswa dan siswi hingga sang korban terlihat meronta-ronta.
Akibat tak bisa diam, seorang siswa terlihat memukul bibir korban beberapa kali hingga korban tertunduk lesu.
Baca Juga: Calon Ibu Kota Baru Diserang Wabah Malaria, Warga Penajam Waspada
Alhasil, video viral tersebut akhirnya mendapatkan perhatian dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Sulawesi Utara Mieke Pangkong menyebutkan telah mendapatkan informasi terkait video tersebut.
"Informasi diduga terjadi di wilayah Bolaang Mongondow. Saya sudah koordinasi dengan DP3A Kabupaten Bolaang Mongondow, dan mereka masih mengecek lokasi sebenarnya di mana," kata Mieke, seperti yang dilansir dari Kompas.com, Senin (9/3/2020) malam.
Baca Juga: 5 Makanan yang Baiknya Dikonsumsi Saat Program Ingin Hamil Anak Laki-laki
Tak hanya itu, kelima pelaku pun akhirnya ditangkap dan mengaku hanya bercanda melakukan hal tersebut.
"Torang cuma bakusedu (kita cuma bercanda)," ungkap seorang pelaku berinisial N, dikutip dari Tribunnews.
"Kami tak menyangka bakal seperti ini," tambahnya.
Baca Juga: Ada 19 Orang Positif Virus Corona di Indonesia, Juru Bicara Sebut Kebanyakan 'Imported Case'
Saat 5 pelaku hanya diinterogasi, sang korban hanya bisa menitikan air mata tiada henti.
Seperti dikteahui, tindak perundungan dan pelecehan seksual seperti ini pasti menimbulkan efek trauma bagi seorang remaja perempuan.
Berdasarkan American College of Obstetricians and Gynecologists, efek samping yang bisa dirasakan oleh seorang remaja, diantaranya:
1. Efek fisik
Nyeri kronis dan difus, terutama sakit perut atau panggul, ambang nyeri lebih rendah, kecemasan dan depresi, kelalaian diri, dan gangguan makan telah dikaitkan dengan pelecehan seksual masa kanak-kanak.
Orang dewasa yang dilecehkan ketika anak-anak memiliki kemungkinan empat hingga lima kali lebih besar untuk menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan terlarang.
Mereka juga 2 kali lebih mungkin merokok, tidak aktif secara fisik, dan sangat gemuk di masa mendatang.
2. Efek psikologis
Emosi seperti ketakutan, rasa malu, penghinaan, rasa bersalah, dan menyalahkan diri sendiri adalah umum dan mengarah pada depresi dan kecemasan.
Korban mungkin mengalami pemikiran mengganggu atau berulang tentang pelecehan serta mimpi buruk atau kilas balik.
Baca Juga: Pembatalan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Disambut Hangat Masyarakat, Begini Tarif Lengkapnya
Korban sering mengembangkan keyakinan bahwa mereka menyebabkan pelecehan seksual dan bahwa mereka layak mendapatkannya.
3. Efek interpersonal
Orang dewasa yang selamat dari pelecehan seksual mungkin kurang terampil dalam perlindungan diri.
Mereka lebih cenderung menerima menjadi korban oleh orang lain.
Kecenderungan untuk menjadi korban berulang kali ini mungkin merupakan akibat dari kerentanan umum dalam situasi berbahaya dan eksploitasi oleh orang-orang yang tidak dapat dipercaya.
Baca Juga: Setelah Wabah Corona, China Kini Dipusingkan Dengan Menumpuknya Limbah Medis
4. Efek seksual
Gangguan hasrat, gairah, dan orgasme dapat terjadi akibat hubungan antara aktivitas seksual, pelanggaran, dan rasa sakit.
Korban lebih mungkin memiliki 50 atau lebih pasangan hubungan seksual, memiliki infeksi menular seksual, dan terlibat dalam perilaku pengambilan risiko yang menempatkan mereka pada risiko tertular human immunodeficiency virus (HIV).
Remaja awal atau kehamilan yang tidak diinginkan dan prostitusi dikaitkan dengan pelecehan seksual saat kecil.
Masalah ginekologis, termasuk nyeri panggul kronis, dispareunia, vaginismus, dan vaginitis nonspesifik, adalah diagnosis umum di antara para penyintas.
Terlepas dari itu, kejadian siswi SMK di Sulawesi Utara tersebut ternyata telah terjadi pada tanggal 26 Februari 2020 saat jam istirahat.
Kini, kasus perundungan dan pelecehan seksual itu sudah ditangani pihak berwajib. (*)
#berantasstunting
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com,acog.org |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar