GridHealth.ID - Beragam cara yang dilakukan oleh peneliti untuk membuktikan hipotesisnya atau menangkap fenomena-fenomena yang ada di masyarakat. Salah satunya seperti John B. Watson pada tahun 1920.
Baca Juga: Fakta Menarik Penangkapan Ilmuan Amerika Pencipta Virus Corona, yang Ternyata Berita Menyesatkan
Watson ingin membuktikan teori mengenai classical conditioning yang memasangkan stimulus yang terkondisi dan stimulus tidak terkondisi untuk menghasilkan hasil yang serupa.
John Watson diketahui melakukan percobaan bernama 'The Little Albert'. Sebelumnya, ia dikenal karena penelitian seminalisnya tentang behaviorisme, atau gagasan bahwa perilaku terjadi terutama dalam konteks pengkondisian.
Baca Juga: Peneliti China Temukan Subtipe Baru Virus Corona, Bisa Bertahan 49 Hari !
Watson adalah seorang profesor psikologi di Universitas Johns Hopkins, dan penelitiannya banyak terkait pada perilaku hewan.
Lebih lanjut, pada eksperimen 'The Little Albert', bermula dari ibu sang bayi yang merupakan orang miskin, sehingga mengizinkan anaknya dijadikan eksperimen dengan imbalan sejumlah uang.
Pada ada awal percobaan, ketika Albert julukan 'The Little Albert' berusia 11 bulan, John Watson menempatkan tikus, beberapa hewan dan benda dengan bulu di atas meja tepatnya di depan Albert, ia bereaksi dengan rasa ingin tahu dan tidak ada tanda-tanda ketakutan.
Watson kemudian membuat suara keras di belakang Albert dengan memukul-mukul batang baja dengan palu, sambil menunjukkan tikus.
Alhasil, Albert menangis sebagai reaksi terhadap kebisingan ini ditunjukkan sebagai pengkondisian. Setelah periode pengkondisian, Albert kembali menangis sebagai respons takut terhadap tikus bahkan tanpa diiringi suara keras.
Ketika diberikan hewan-hewan lain, Albert juga merespons dengan berbagai tingkat ketakutan meskipun tidak diiringi suara keras.
Sampai pada akhirnya Albert mengalami gangguan kepribadian dan fobia terhadap benda berbulu dan sebagian besar hewan, khususnya tikus putih. Sementara penelitinya menilai itu sebagai sebuah keberhasilan.
Meski Albert sang kelinci percobaan Watson telah mengalami trauma, sayangnya Watson tidak pernah sekalipun berusaha untuk menyembuhkan Albert.
Baca Juga: Peneliti AS: Virus Corona Dapat Hidup Berjam-jam di Udara dan Permukaan Barang
Bahkan, setelah eksperimennya selesai, Watson meninggalkan 'The Little Albert' begitu saja dengan luka psikisnya. Banyak yang setuju bahwa eksperimen ini sangat kejam.
Baca Juga: Peneliti Temukan Obat Malaria yang Lebih Efektif Menyembuhkan Penyakit
'The Little Albert' atau yang diduga bernama asli Dorlas Merrite, meninggal di usianya yang ke 6 tahun, akibat hidrosefalus.(*)
#berantastunting #hadapicorona
Source | : | Goodtherapy.org,apa.org |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar