Baca Juga: Hati-hati Penipuan Donasi Covid-19 di Medsos, Ini Rekening Khusus BNPB
Membatasi atau menjaga makan adalah awal dari pengobatan, sedangkan permulaan segala penyakit adalah mengisi perut berlebih-lebihan.
Bagaimana menurut pandangan kesehatan?
Percaya atau tidak masalah kesehatan pencernaan, salah satunya maag, justru banyak dipicu dan disebabkan oleh makanan dan manajemen makanan yang tidak baik.
Itu terbukti, menurut American College of Gastroenterology, melansir livestrong.com, lebih dari 60 juta orang Amerika mengalami refluks asam setidaknya sebulan sekali, dengan 15 juta mengalami gejala setiap hari.
Acid reflux tersebut dikenal dengan banyak nama, termasuk GERD (gastroesophageal reflux disease), gangguan pencernaan asam, asam lambung, mulas, dan dispepsia.
Nah, jadi sebenarnya di bulan puasa ini kita benar-benar untuk menguatkan diri dalam mengontrol diri alias emosi. Ingat, maag itu kuat hubungannya dengan emosi. Contoh lapar mata.
Baca Juga: Jenazah Pasien Covid-19 di Madinah Tidak Ditolak Masyarakat, Malah Dimakamkan di Tempat Istimewa
Hal senada diuatarakan Peyton Berookim, MD, seorang ahli gastroenterologi dari Institut Gastroenterologi California Selatan di Beverly Hills.
Menurutnya, tidak ada keraguan bahwa praktik puasa dapat memiliki banyak manfaat, baik spiritual maupun fisik.
Jadi sebenarnya puasa di bulan suci Ramadan selama satu bulan penuh tidak membuat ita sakit maag.
Tapi bagi mereka yang memang sudah mempunyai riwayat sakit maag, puasa, meski tidak selalu, bisa membuat asam lambung bergejolak.
Kondisi tersebut bisa menyebabkan refluks.
Baca Juga: Jangan Khawatir! Saat Puasa Kita Bisa Konsumsi Obat, Ini Aturannya
Source | : | Kompas.com,Livestrong. com,slimkicker.com |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar