"Ketika perut kita kosong, seperti ketika seseorang berpuasa, kadar asam lambung dapat mulai meningkat," kata Dr. Berookim.
Hal tersebut, lanjutnya dapat mengakibatkan penumpukan asam lambung yang dapat menyebabkan nyeri epigastrik, ketidaknyamanan (mulas) dan regurgitasi asam ke dalam kerongkongan (acid reflux).
Kondisi tersebut bukan berarti sebagai umat muslim untuk tidak berpuasa di bulan suci Ramadan.
Kembali ke manajemen makan, kondisi itu bisa hilang jika bisa mengonsumsi makanan yang baik bagi kesehatan.
Tapi hindari terlebih dahulu makanan yang bisa membuat kondisi asam lambung naik atau memperburuk kondisi kesehatan perut.
Baca Juga: Ngeri, Perubahan Bentuk Pecandu Game Selama 20 Tahun Diungkap Ahli
Karenanya, selama Ramadan, saat berbuka dan sahur, hindari makanan yang merangsang; pedas, asam, juga makanan tinggi gas, seperti kol, nangka, durian, nanas, mangga.
Begitu juga minuman, hindari minuman, semisal kopi, mengandung soda, dan sejenisnya.
Penting, hindari usai makan langsung tidur. Jadi usai sahur kita shalat subuh, lalu mengaji, setelah itu beraktivitas. Siang baru baik untuk kita tidur.
Malam, usai berbuka puasa, usai makan, shalat isya dan tarawih mengaji, lalu tidur.
Adapun manajemen makannya, saat berbuka puasa minum air putih terlebih dahulu, baiknya air minum hangat.
Menurut Dr. Berookim, Air hangat dapat membantu menenangkan perut. Tapi wajib hindari minuman berasa asam.
Baca Juga: Ngeri, Perubahan Bentuk Pecandu Game Selama 20 Tahun Diungkap Ahli
Source | : | Kompas.com,Livestrong. com,slimkicker.com |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar