GridHEALTH.id - Gembar-gembor akhir penyebaran virus corona (Covid-19) di Indonesia memang telah terdengar sejak beberapa bulan yang lalu.
Seperti diketahui hingga Selasa (14/4), jumlah kasus positif Covid-19 di Tanah Air mencapai 4.557 orang di 34 provinsi.
Angka ini kian bertambah seiring bertambahnya pasien yang dinyatakan sembuh dan meninggal dunia.
Namun belum lama ini, para ahli mengingatkan perihal gelombang kedua virus corona di Indonesia.
Baca Juga: Alat Tes Covid-19 Tak Akurat, Inggris Minta China Kembalikan Uangnya
Padahal penyebaran Covid-19 terbilang belum mencapai puncaknya.
Hal ini disampaikan oleh Perwakilan Solidaritas Berantas Covid-19, Prof. Akmal Taher.
"Saya kira memang gelombang kedua (pandemi) itu bisa terjadi, saat puncak sudah lewat, yang sakit itu sudah turun," kata Akmal, dikutip dari Kompas.com dalam diskusi daring bertajuk Hari Kesehatan Dunia 2020: Aksi Nyata Masyarakat Sipil di Masa Pandemi, Kamis (9/4/2020).
Potensi terjadinya gelombang kedua pandemi di Indonesia ini bisa terjadi, kata dia, jika sistem yang saat ini sudah dibuat oleh pemerintah dan dilakukan oleh masyarakat sipil melonggar.
Baca Juga: Usaha IDI Berbuah Manis, Kini Jokowi dengan Tegas Meminta Jajarannya Ungkap Data Covid-19
Saat pandemi sudah mencapai puncaknya, sebaiknya pemerintah dan masyarakat tetap bekerjasama dan terus berkoordinasi untuk terus melakukan berbagai sistem strategis hingga transmisi Covid-19 ini benar-benar berakhir.
Jika tidak, maka bisa terjadi hal yang dialami China.
Di mana transmisi ternyata masih terjadi saat masyarakat sudah merasa aman saat wilayahnya sudah melewati puncak pandemi.
Lantas, jika ada satu wilayah yang ditemukan lagi kasus infeksi, akan di lockdown wilayah tersebut.
"Saat jumlah kasus terjadi penurunan setelah mencapai puncaknya nanti. Bukan berarti di masyarakat tidak ada sama sekali transmisi atau penularan terjadi tanpa diketahui," ujarnya
Terlepas dari itu, Akmal pun mengimbau agar diterapkannya PSBB pada beberapa daerah meski belum banyak orang yang dinyatakan positif Covid-19 atau ODP bahkan PDP.
Baca Juga: WHO; Covid-19 10 Kali Lebih Mematikan Daripada Flu Babi (H1N1)
Jika di wilayah yang relatif masih sedikit juga sistem pencegahannya longgar, maka bisa berpotensi menjadi seperti Jakarta berikutnya.
Prinsip pencegahan sebenarnya adalah mencegah local transmision atau penularan virus SARS-CoV-2 yang terjadi antar masyarakat setempat, dan itu sudah harus dilakukan oleh banyak wilayah bukan hanya Jakarta.
"Kita mencegah terjadinya local transmision (virus corona), karena kalau sudah ada local transmision bisa jadi seperti Jakarta," jelas Akmal.
Baca Juga: Bukannya Perketat Keamanan, Polisi Ini Malah Ajak Ngamar 2 Wanita Sekaligus saat Lockdown
Melihat hal ini, ada baiknya kita tetap menjaga kesehatan diri dan melakukan physical distancing guna meminimalisir terjadinya gelombang kedua virus corona di Indonesia walau belum diterapkannya PSBB di berbagai daerah lainnya. (*)
#hadapicorona #berantasstunting
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar