GridHealth.ID - Dokter yang saat ini menjadi garda terdepan dalam menangani pasien virus corona (Covid-19) diketahui berkomitmen untuk tidak melepas alat pelindung diri (APD) saat bertugas, meski haus dan lapar.
Hal itu sebagaimana dipaparkan oleh seorang dokter yang bertugas di Rumah Sakit (RS) Darurat Covid-19 Wisma Atlet.
Baca Juga: Dokter Wanita di RSD Wisma Atlet Hilangkan Nyeri Haid dengan Berjuang Selamatkan Pasien Covid-19
"Memang karena kita seluruhnya kenakan APD kan jadi pakai masker, kita pakai sarung tangan yang berlapis-lapis. Kita nggak makan, nggak minum, dan nggak ke belakang sama sekali, kalau nggak lepas APD, kalau kita kuat" kata dr Debryna Dewi Lumanauw, dikutip dari VoaIndonesia.
Bahkan, dokter wanita di RSD Wisma Atlet diketahui juga tidak mengganti pembalut saat datang bulan selama 8 jam bertugas demi menjalankan komitmennya untuk tidak melepas APD.
"Kalau sedang datang bulan dengan sangat terpaksa kita menggunakan pembalut itu biasanya mepet sebelum kami menggunakan APD kami mengganti yang baru dengan ukuran besar dan kami pakai itu sampai tugas kami selesai baru kita bisa menggantinya." ujar dr. Hilda Khoirun Nisa, saat wawancara eksklusif dengan GridHEALTH.ID.
Di saat yang bersamaan, hal demikian juga disampaikan oleh dr. Oktaviani Eka Puspasari.
Menurut dr. Okta beserta tenaga medis lainnya, agar datang bulan tidak menghambat pekerjaan merawat pasien Covid-19, mereka mencari solusi, yaitu menggunakan pembalut berukuran besar.
“Solusinya, lima menit sebelum pakai hazmat, kami ganti pembalut. Pakai pembalut yang benar-benar paling panjang. Yang ukurannya 35 cm,” kata dr. Okta.
Jadi, para wanita tenaga medis di RSD Wisma Atlet saat datang bulan harus rela bertahan dengan satu pembalut selama 8 jam.
“Sudah penuh banget, tapi mau gimana lagi? Daripada harus bolak-balik ganti pembalut, jadinya ditahan saja sampai 8 jam,” sambung dr. Okta.
Oleh karenanya, para tenaga kesehatan wanita berharap adanya pembalut berbentuk celana yang nyaman digunakan untuk menjalankan aktivitas sepanjang hari. Terlebih untuk menangani pasien Covid-19 selama 8 jam lamanya.
"mungkin lebih comfortable [nyaman] kali ya kalau misalnya berbentuknya celana. Jadi kita kan buat aktivitas kalau misal jalan, turun naik lift mungkin lebih nyaman mungkin kalau menggunakan pembalut yang berbentuk celana dalam." ujar dr. Okta.
Senada dengan dr. Okta, dr. Hilda juga berharap jika ada pembalut berbentuk celana yang mudah digunakan dan tahan bocor selama berjam-jam, memungkinkan para dokter maupun tenaga medis tak perlu khawatir tembus saat bertugas.
Baca Juga: Dokter Tewas Lagi, Banyak Korban Tenaga Medis Akibat Pasien Tak Jujur?
"Itu pasti sangat membantu itu. Jadi masalah pembalut saat datang bulan saat jaga sudah tidak jadi masalah lagi." kata dr. Hilda.
Menurut dr. Hilda, jika tenaga medis sepertinya mengalami tembus saat datang bulan ketika mengenakan APD adalah hal yang merepotkan.
"Itu salah satu risiko jadi kalau sampai seperti itu terpaksa keluar dan ganti APD, Itu risiko. Jadi kalau benar-benar ada solusi anti tembus begitu jadi malah sangat membantu kaum perempuan." ujar dr. Hilda.
Sebab, kebersihan merupakan hal yang penting bagi tenaga medis, sehingga adanya pembalut berbentuk celana mungkin bisa menjadi solusi yang tepat.
"kalau sampai tembus kan jorok ya, apalagi untuk tenaga medis. Apalagi kalau bisa kita bisa sebersih mungkin." tutup dia.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Voaindonesia.com |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar