GridHEALTH.id - Penyebab harga masker di Indonesia menjadi mahal terungkap.
Ternyata ini akibat ulah ekspor masker ke China akhir tahun 2019 lalu.
Saat pandemi virus corona pertama kali di dunia, di China.
Hal itu terungkap setelah harga masker kembali menjadi normal di Indonesia.
Baca Juga: Keunggulan PCR Buatan Dalam Negeri untuk Deteksi Covid-19, Menggunakan Sampel Pasien Orang Indonesia
"Udah banyak masker sekarang dan gak mahal lagi. Ini cuma 9000-an isi 5 pcs. Kemaren sekotak isi 50 dijual 350 ribu," tulis akun Twitter @ferdiriva dalam twitnya, Minggu (26/4/2020).
Udah banyak masker sekarang dan gak mahal lagi. Ini cuma 9000-an isi 5 pcs. Kemaren sekotak isi 50 dijual 350 ribu.???? pic.twitter.com/1xBFy2WXTA
— IG: ferdirivahamzah (@ferdiriva) April 26, 2020
"W abis beli jugak 9.900 di Indomart," tulis akun @novembergurll pada Minggu, (26/4/2020).
Mengenai hal itu, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengungkapkan, normalnya harga masker dan hand sanitizer merupakan bentuk wujud demand (permintaan) dan supply (pasokan) yang sudah seimbang.
"Kalau harga fundamentalnya cuma lokal, kalau demand dan supply relatif sudah seimbang, maka harga akan kembali normal," ujar Enny saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/4/2020).
Baca Juga: Seorang Pria Menjadi Korban Saran Donald Trump, Suntik Disinfektan ke Manusia untuk Basmi Corona
Baca Juga: Jenis Beras dan Porsi Makan Nasi yang Ideal Untuk Menghindari Diebetes
Ia mengungkapkan, awal-awal harga masker mengalami lonjakan tinggi karena Pemerintah Indonesia mengekspor masker ke China di mana saat itu jumlah kasus infeksi virus corona mengalami peningkatan tajam.
Nah, saat pemerintah sibuk mengekspor masker, mereka lalai bahwa virus corona dapat masuk ke Indonesia.
Oleh karena itu, pasokan masker menjadi sedikit, sementara permintaan masker terus mengalami peningkatan.
Hal inilah yang menyebabkan harga masker di Indonesia melonjak naik.
"Tapi beriring dengan waktu, ada proses produksi pasokan menjadi meningkat lagi, jadi tidak hanya masker dalam kodisi normal, proses produksi juga membutuhkan waktu," terang Enny.
Menurutnya, kenormalan harga tidak hanya terjadi pada produk masker, namun produk-produk lain di mana permintaan dan adanya pasokan melimpah yang membuat harga turun.
Selain itu, Enny mengungkapkan bahwa terjadinya kelangkaan masker yang sempat terjadi di Indonesia, dikarenakan tidak adanya "pengatur" saat kegiatan ekspor dilakukan.
"Coba kalau kita di awal ada yang mengatur, ada yang mengantisipasi kita ekspor maskernya, tidak ugal-ugalan begitu, tidak terjadi kekurangan stok pasokan," ujar Enny.
Selain itu, penurunan harga masker juga disebabkan oleh masyarakat saat ini telah menemukan alternatif dari kelangkaan masker bedah, yakni membuat masker kain.
Tak hanya pembuatan masker kain, pembuatan hand sanitizer sendiri dan beberapa sumbangan dari instansi atau lembaga yang memberikan produk secara suka rela di masyarakat yang membuat produk hand sanitizer tidak langka.
"Itu yang membuat pasokan kembali seimbang dan membuat harga normal kembali," lanjut dia.
Baca Juga: 4 Alasan Boleh Meninggalkan Rumah di Masa Karantina Saat PSBB
Enny pun menyampaikan bahwa kenormalan harga masker dan hand sanitizer akan berlangsung lama jika pasokan masih terus bisa diproduksi.
"Selama pasokan ada dan masih bisa diproduksi, masalah harga ya masih seimbang," katanya lagi.
Sementara itu, hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah yakni pihak-pihak yang telah membantu memberikan jalan keluar bagi fenomena kelangkaan alat kesehatan.
Misalnya, di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang telah memproduksi alat bantu pernapasan atau ventilator yang mulai langka di Indonesia.
Alat ini mampu membantu gangguan pernapasan, terutama pada paru-paru, akibat terinfeksi virus corona dengan kondisi parah.
Baca Juga: Sebagai Negara Riset Kelas Dunia, Singapura Prediksi Akhir Pandemi Corona Indonesia 1 Bulan Kedepan
Baca Juga: Mengerikan! Brigjen Pol Krishna Murti Unggah Penampakan Lendir Corona Pasien Covid-19
"Mestinya yang begitu diberi insentif agar pasokan tidak terganggu. Anggaran pemerintah yang Rp 75 triliun itu tidak digunakan untuk impor-impor alkes justru ini kesempatan bahwa anggaran tersebut dapat dioptimalkan kepada public health untuk menggerakan ekonomi," kata Enny.
Selain itu, Enny mengungkapkan, beberapa produk yang perlu dioptimalkan yakni vitamin dan produk-produk yang meningkatkan imunitas tubuh, bisa juga dengan alat olahraga mandiri.
Adapun alat olahraga yang dimaksud adalah alat yang dapat digunakan atau dimainkan oleh 2-3 orang saja, agar warga tidak perlu berkerumun untuk melakukannya.
Baca Juga: WHO Ingatkan Covid-19 Belum Capai Puncak Pandemi, Kebijakan Buka Lockdown Bisa Berbahaya
Baca Juga: Jangan Sedih, Kesuburan Wanita Menurun Akibat Menopause Dini Bisa Diatasi dengan Cara Ini
"Contohnya raket, alat kesehatan ini bisa dikerjakan oleh 2-3 orang, justru alat olahraga yang mandiri itu lebih banyak permintaannya," lanjut dia.
Dengan anggapan banyaknya permintaan, hal ini dapat menjadi penggerak ekonomi.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harga Masker dan Hand Sanitizer Kembali Normal, Apa Saja Faktor Penyebabnya?"
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar