GridHEALTH.id - Setelah wabah penyakit flu spanyol dan ebola, metode Terapi Plasma Konvalesen (TPK) kembali dipergunakan sebagai alternatif pengobatan untuk menyembuhkan pasien Covid-19.
Terapi plasma konvalesen merupakan bentuk vaksinasi pasif dari pasien Covid-19 yang telah dinyatakan sembuh kemudian disalurkan darahnya kepada pasien Covid-19 yang masih dalam keadaan positif Covid-19.
Metode terapi plasma konvalesen menggunakan plasma darah pasien Covid-19 yang telah sembuh, hal ini dikarenakan darah pasien Covid-19 yang telah sembuh mengandung kekebalan atau antibodi.
Maka, dengan terapi plasma konvalesen ini diharapkan antibodi pasien Covid-19 yang sudah sehat bisa membantu pasien yang masih sakit untuk mengatasi penyakitnya.
Baca Juga: 37 Hari Sembuh dari Covid-19, Pasien 03 Donorkan Plasma Darahnya Demi Pasien Infeksi Virus Corona
Dalam acara bertajuk 'Berbagi cerita Gridhealth x Intisari Talk' yang dilaksanakan pada Kamis (7/5/20) kemarin, dr Theresia Monica R., Sp.AN., KIC., MSi., menjelaskan ada berbagai manfaat dari metode terapi plasma konvalesen.
"Manfaatnya dari terapi plasma konvalesen ini kekebalan instan, zaman sekarang kan semuanya serba instan. Nah ini salah satunya manfaat kekebalan instan" ujar dokter Monica, ahli genetika dan biologi molekular Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
Baca Juga: Usai Jalani Terapi Plasma Darah, Seorang Pasien Covid-19 Bisa Lepas Ventilator dan Bernapas Normal
Dokter Monica menjelaskan manfaat lain dari terapi plasma konvalesen adalah memiliki prosesnya relatif mudah dan cepat, sama seperti transfusi darah.
Dia juga menjelaskan jika terapi plasma konvalesen ini dilakukan juga akan bermanfaat dari segi biaya atau ekonomi.
Baca Juga: Kriteria Pasien Corona Sembuh yang Bisa Donorkan Plasma Darah untuk Terapi Pengobatan
"Kemudian biaya tentunya lebih terjangkau. Kalau misalnya kita bandingkan orangnya sudah ke pemakaian ventilator, atau sudah diikubasi ke ventilator, terus hasil 14 hari 21 hari sudah bisa keluar. Tapi kalo misalkan tidak diberikan terapi plasma ini, bisa manjang terus, gak sembuh-sembuh mungkin bisa lebih buruk lagi. Kan biaya yang dikeluarkan lebih lagi, belum obat-obatannya" kata dia.
Maka, dengan tidak membengkaknya biaya perawatan di rumah sakit, penggunaan terapi plasma konvalesen juga akan menguntungkan bagi pasien Covid-19.
"Selain itu, kalo misalnya kita berikan juga terapi plasma ini kepada pasien yang berat yaitu yang belum diinkubasi, belum masuk ICU, dia juga akan memberikan efek menghindarkan biaya itu supaya tidak masuk ke ICU. Jadi pemakaian ventilator juga akan menurun kan" kata dr Monica.
Baca Juga: Tiru Cara Iran Obati Pasien Covid-19, Indonesia Siapkan Terapi Plasma Darah
"Juga beban terhadap rumah sakit tidak akan terlalu berat. Ya secara ekonomi ini (terapi plasma konvalesen) lebih terjangkau." tambahnya.
Kendati demikian, pelaksanaan terapi plasma darah juga bisa menimbulkan efek samping. Hal ini bisa terjadi karena pendonor darah bisa saja tidak sesuai dengan kriteria.
Namun, dr Monica menyebut proses skrining pendonor dilakukan secara ketat, sehingga kemungkinan terjadinya efek samping dari terapi plasma darah sangat minim.
Baca Juga: Studi; Pasien Covid-19 Bisa Pulih dengan Plasma Darah Pasien yang Telah Sembuh
"Semua bilang (efek samping) alergi, tetapi kita harus mengetahui bahwa ada yang menyebabkan alergi tersebut." kata dr Monica.
Seperti diketahui, tidak semua yang pernah terinfeksi Covid-19 dan telah pulih bisa mendonorkan darahnya. Begitu pula dengan pasien Covid-19 yang masih dirawat juga tidak semua bisa mendapatkan terapi plasma konvalesen ini.
Sebab, keduanya memiliki kriteria masing-masing, sehingga jika keduanya cocok atau memenuhi kriteria makan bisa melangsungkan terapi plasma konvalesen tersebut.
Baca Juga: Wah, 12.000 Plasma Darah asal Cina Positif Terkena Virus HIV!
"Tetapi kalau pendonor sesuai dengan kriteria, misalnya untuk wanita dan pria, itu dituruti dan semua sesuai standar prosedural itu tidak perlu dikhawatirkan mengenai reaksi alergi tersebut" tegas dia.
Dokter Monica menambahkan, jika ada pasien Covid-19 yang terkena alergi akibat terapi plasma konvalesen, kemungkinan hanya sedikit terjadi.
Baca Juga: Tiru Cara Iran Obati Pasien Covid-19, Indonesia Siapkan Terapi Plasma Darah
"Ada penelitian di China, dari 10 pasien itu semuanya sudah di-skrining, ada satu pasien yang alergi hanya mengalami kemerahan pada kulit, dan kemudian setelah itu hilang." katanya.
"Itu adalah reaksi yang kadang-kadang terjadi pada transfusi darah juga, misalnya peningkatan suhu tubuh sebentar kemudian turun atau kemerahan. Tetapi pasien-pasien yang lain tidak mengalami hal seperti alergi sampai alergi yang parah itu tidak." tambahnya.
Baca Juga: Ramai Terapi Konvalesen untuk Obati Covid-19, Darah Pasien Sembuh Kini Sudah Diperjualbelikan
Dengan demikian, dr Monica kembali menegaskan pelaksaan terapi plasma konvalesen dilakukan secara ketat sesuai dengan prosedur.
"Asal dengan syarat, kriteria donor dan aturannya harus dilakukan dan dituruti dengan standar tertinggi."(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar