GridHEALTH.id - Tak Selamanya Indonesia Tunduk Kepada WHO, Sekarang sedang Bersitegang karena Infografis Kesehatannya Merugikan
Semua negara untuk kebijakan kesehatan internasional, 'tunduk' kepada WHO, termasuk Indonesia.
Tapi untuk kali ini Indonesia kesal kepada WHO.
Baca Juga: Saat Seorang Perawat Kesal Terhadap Kelakukan Masyarakat Indonesia, Merasa Punya Nyawa Serep
Karenanya Indonesia bersitegang dengan WHO.
Penyebabnya, inforgrafis edukasi kesehatan yang dibuat di WHO belum lama ini ada yang menyinggung Indonesia dan merugikan secara ekonomi.
Ternyata negara serumpun, tetangga Indonesia, Malaysiapun sama sedang tegang denga WHO dengan kasus yang sama.
Infografis kesehatan yang merupakan ajakan atau imbauan WHO tersebut menyesatkan.
Baca Juga: Ingin Coba Puasa Makan Tetapi Tetap Minum Air Putih? Begini Tahapannya dan Pengaruhnya Bagi Tubuh
Dalam sebuah infografis yang diterbitkan oleh WHO beberapa waktu lalu, otoritas kesehatan dunia ini secara terang-terangan melarang konsumsi salah satu jenis pohon palem-paleman.
WHO menganjurkan kepada masyarakat khususnya orang dewasa yang tertuang di infografis tersebut, untuk tidak mengonsumsi makanan yang mengandung saturated fats (lemak jenuh).
Hal itu langsung merujuk pada minyak sawit dan minyak kelapa.
Dimana keduanya banyak tumbuh dan jadi komoditas dagang di Indonesia maupun Malaysia.
Infografis yang diberi judul "Nutrition Advice for Adults During Covid-19", diterbitkan oleh kantor regional WHO Mediterania Timur, edisi 7 Mei 2020.
Baca Juga: Kesalnya Dokter Tirta Tanggapi Foto Bandara Soetta yang Padat Calon Penumpang; 'Terserah'
Baca Juga: Penting Bagi Ibu Menyusui untuk Cukupi Nutrisi saat Puasa, Begini Caranya
Apa yang dikeluarkan oleh WHO tersebut membuat Indonesia dan Malaysia pun geram.
Kegeraman tersebut lantaran apa yang dilakukan WHO ini bukan kali pertama untuk mematikan industri kelapa di dua negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia ini.
Dalam buletin resmi yang dirilis Januari 2019 silam, sebuah tulisan yang bertajuk, "The Palm Oil Industry and Noncommunicable Disesae" diterbitkan oleh WHO.
Tulisan tersebut menggambarkan bahaya dari minyak kelapa sawit.
Baca Juga: Penting Bagi Ibu Menyusui untuk Cukupi Nutrisi saat Puasa, Begini Caranya
Baca Juga: Anak Demam tidak Selalu Harus Diberi Obat, Kalaupun Perlu Berikan Larutan Murah Meriah Ini
Yakni sama halnya bahaya dari tembakau dan alkohol yang dikonsumsi manusia.
Menurut WHO konsumsi minyak kelapa berdampak negatif baik bagi manusia dan kesehatan di bumi.
Bahkan pernyataan WHO setahun lalu itu tak pernah meralat penyataannya tersebut.
Oleh kegeraman tersebut, Wakil Menteri Luar Negari, Mahendra Siregar menyurati WHO secara keras.
Baca Juga: Kepala Kiano Baim Wong Digigit Tungau, Ini Tempat-tempat Tak Disadari Serangga Ini Bersembunyi
Baca Juga: Nikmati Manfaat Berhenti Merokok, Wajah Pemuda Ini Berubah Menjadi Glowing dan Tampak Awet Muda
Ia pun menyarankan agar otoritas kesehatan seluruh dunia itu menciptakan perspektif yang seimbang tentang asupan minyak nabati dalam diet sehat khususnya minyak sawit.
Mahendra pun juga menyindir WHO untuk bisa lebih berhati-hati dalam mengeluarkan saran yang bersifat umum untuk masyarakat dunia.
Melansir dari Kontan.co.id, Rabu (13/5/2020), Mahendra mengatakan pemerintah Indonesia prihatin dengan konten materi yang tidak berimbang di tengah pandemi virus corona seperti saat ini.
Padahal konsumsi minyak sawit sangat dibutuhkan bagi tubuh manusia di tengah isu kesehatan seperti saat ini.
Dalam surat tersebut, terdapat 7 poin yang mengoreksi artikel WHO.
Baca Juga: Tumor Ovarium Pada Anak Cirinya Perut Seperti Perempuan Hamil
Salah satunya, Mahendra meminta WHO untuk membuat perubahan pada isi publikasi.
Agar mereka menerapkan prinsip imparsialitas sebagaimana layaknya Badan PBB, menciptakan perspektif yang lebih seimbang tentang asupan minyak nabati dalam diet sehat khususnya minyak sawit, serta menerapkan prinsip kehati-hatian ketika menerapkan saran yang bersifat umum ke dalam konteks yang bersifat khusus.
Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit, Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) juga mendesak hal yang serupa dengan Indonesia dan Malaysia pada WHO.
Baca Juga: Guru Besar FMIPA Brawijaya : Jamur Cordyceps Bisa Sembuhkan Covid-19, Efeknya Dalam Hitungan Jam
Baca Juga: Guru Besar FMIPA Brawijaya : Jamur Cordyceps Bisa Sembuhkan Covid-19, Efeknya Dalam Hitungan Jam
CPOPC mengklarifikasi meski miliki kandungan lemak jenuh yang tinggi, minyak sawit aman dikonsumsi lantaran memiliki komposisi yang beragam.
Termasuk asam lemak yang berimbang yang telah dikonfirmasi oleh banyak studi penelitian ilmiah secara global.
"Infografis WHO menyesatkan dan tidak akurat."
"Minyak sawit adalah minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi di dunia," tulis CPOPC dalam penjelasan resminya.
Guru Besar Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Raharjo mengatakan minyak sawit merah alami atau Virgin Red Palm Oil (VRPO) punya kandungan asam palmitat yang merupakan lemak jenuh dan salah satu komponen dominan di dalam minyak sawit.
Baca Juga: Perseteruan Kurang Gizi antara Shandy Aulia dan Warganet Julid yang Membully Anaknya
Asam palmitat berperan penting dalam memberikan perlindungan terhadap paru-paru yang sehat dan merupakan komponen utama dari senyawa fosfolipida yang melapisi dinding bagian dalam rongga alveoli paru-paru.
Atas Desakan dari berbagai pihak itupun akhirnya WHO merevisi imbauan menyesatkan mereka terkait kelapa sawit.
WHO regional Mediterania Timur telah menghapuskan informasi yang mencantumkan "do not eat saturated fats" atau tidak mengonsumsi makanan dari minyak sawit dengan kata "eat less saturated fats". (*)
Baca Juga: Heboh FBI Tangkap Bill Gates , Benarkah Ia Pencipta Virus Covid-19?
#berantasstunting
#HadapiCorona
Artikel ini pernah tayang di Sosok.grid.id dengan judul "Indonesia Protes Keras WHO Gegara Keluarkan Imbauan Menyesatkan yang Rugikan Banyak Negara Besar-besaran: Infografis WHO menyesatkan dan tidak akurat"
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar