"Tentu hal ini jauh lebih berbahaya dalam penanganan pendemi Covid-19. Dimana aspek tes sebagai pintu masuk penanganan lebih lanjut justru diabaikan. Padahal diketahui penemuan dini kasus baru yang terkonfirmasi bertujuan untuk menghentikan laju penularan," kata Esti.
Ia juga menjelaskan, semakin banyak tes yang dilakukan, maka upaya memutus rantai penularan akan semakin terarah.
Baca Juga: Relawan yang Disuntik Virus Corona Bakal Dibayar Rp 64 Juta, Siapa Mau?
"Tes yang masif setidaknya dilakukan 1/1000 penduduk. Dengan jumlah penduduk Surabaya sekitar 3,15 juta, maka idealnya tes Covid-19 dilakukan minimal kepada 3.150 warga Surabaya," katanya.
Sementara itu, dosen sekaligus peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Prof. Dr. Sri Sumarmi S.K.M, M.Si mengatakan berdasarkan temuan 2.803 kasus positif, sebanyak 78 % mendapatkan perawatan dan 19 % di antaranya telah dinyatakan sembuh dan kasus yang meninggal dunia mencapai 9 %.
Baca Juga: Fakta Kaitan Stres dan Kanker, Ternyata Memang Tak Main-main
Source | : | Kompas.com,ANTARA |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar