GridHEALTH.id - Langkah yang diambil Tri Risma Harini dan pemerintah Kota Surabaya dalam menanggulangi wabah virus corona (Covid-19) membuat beberapa ahli kesehatan angkat bicara.
Dimana Ikatan Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (IKA FKM Unair) menilai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Kota Surabaya sudah tepat dan patut diapresiasi.
Pasalnya dengan menggelar rapid test dan tes SWAB secara massal pasien Covid-19 akan lebih mudah ditemukan dan dilacak (tracing).
"Tes COVID-19 massal ini membawa konsekuensi yakni semakin ditemukannya kasus terkonfirmasi atau positif dalam jumlah banyak," kata Ketua IKA FKM Unair Estiningtyas Nugraheni dikutip dari Antara (5/6/2020).
Baca Juga: Perkantoran Mulai Aktif Kembali, Begini Cara Mencegah Covid-19 di Tempat Kerja
Baca Juga: Kisah Nyata 'Karma' si Penimbun Ribuan Hand Sanitizer yang Berakhir Menyedihkan
Menurut Estiningtyas ditemukannya banyak kasus positif di Surabaya patut diapresiasi sebab temuan ini menunjukan bagaimana kebijakan tes massal tersebut sudah dalam jalur yang benar.
"Dengan kata lain upaya Pemkot Surabaya dalam menangani Covid-19 saat ini adalah on the track," lanjutnya.
Baca Juga: Siapkan Kafan dan Tanah Makam, Dorce Gamalama Kini Curhat Minta Jadi Sopir Pribadi Raffi Ahmad
Berdasar data yang diamatinya hingga 3 Juni 2020, angka dan persentase penanganan Covid-19 memang tidak terlalu baik, dimana Surabaya menyumbang sekitar 10 % kasus virus corona di Indonesia.
Meski begitu, bila kasus konfirmasi positif di Surabaya yang mencapai 2.803 orang bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Surabaya sebesar yang berjumlah 3,15 juta masih berada angka kasus masih di kisaran 0,009.
Baca Juga: Jelang New Normal, IDI Ingatkan 3 Hal yang Penting Dilakukan Tenaga Medis
"Tentu hal ini jauh lebih berbahaya dalam penanganan pendemi Covid-19. Dimana aspek tes sebagai pintu masuk penanganan lebih lanjut justru diabaikan. Padahal diketahui penemuan dini kasus baru yang terkonfirmasi bertujuan untuk menghentikan laju penularan," kata Esti.
Ia juga menjelaskan, semakin banyak tes yang dilakukan, maka upaya memutus rantai penularan akan semakin terarah.
Baca Juga: Relawan yang Disuntik Virus Corona Bakal Dibayar Rp 64 Juta, Siapa Mau?
"Tes yang masif setidaknya dilakukan 1/1000 penduduk. Dengan jumlah penduduk Surabaya sekitar 3,15 juta, maka idealnya tes Covid-19 dilakukan minimal kepada 3.150 warga Surabaya," katanya.
Sementara itu, dosen sekaligus peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Prof. Dr. Sri Sumarmi S.K.M, M.Si mengatakan berdasarkan temuan 2.803 kasus positif, sebanyak 78 % mendapatkan perawatan dan 19 % di antaranya telah dinyatakan sembuh dan kasus yang meninggal dunia mencapai 9 %.
Baca Juga: Fakta Kaitan Stres dan Kanker, Ternyata Memang Tak Main-main
"Tentu ini merupakan capaian yang cukup baik dari aspek prinsip dasar treatment," ujarnya.
Untuk itu, lanjut dia, Pemkot Surabaya perlu merilis data lebih lanjut karakteristik kasus kematiannya, apakah ada penyakit penyerta (komorbid) yang juga diderita pasien kasus konfirmasi dan rata-rata usia yang meninggal.
"Hal ini penting untuk menjadi pelajaran dan bahan edukasi bagi masyarakat berbasis bukti," katanya.
Baca Juga: Tri Rismaharini Tak Hadiri Rapat Evaluasi PSBB, Bagaimana Nasib Usulan Pelonggaran PSBB?
Diketahui sebelumnya Surabaya mencatatkan rekor kesembuhan pasien Covid-19 yang cukup baik.
Dilansir dari Kompas.com (6/6/2020), tercatat ada 519 pasien positif Covid-19 yang dinyatakan sembuh selama 1 sampai dengan 5 Juni 202o di Surabaya.
Baca Juga: Hasil Studi; Anjing Mampu Deteksi Covid-19, Keberhasilannya Hampir 100%
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Kompas.com,ANTARA |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar