GridHEALTH.id - Istilah new normal belakangan ini muncul seiringan dengan kondisi pandemi Covid-19 yang berangsur pulih.
Namun, tak sepenuhnya pulih, di masa new normal masyarakat akan mencoba berdamai dengan virus corona sambil kembali melakukan aktivitasnya seperti sedia kala.
Kini, sejumlah wilayah di Indonesia telah menerapkan kehidupan menuju masa new normal, seperti DKI Jakarta dan beberapa wilayah di Jawa Barat.
Baca Juga: Jelang New Normal, IDI Ingatkan 3 Hal yang Penting Dilakukan Tenaga Medis
Meski kita bisa beraktivitas kembali layaknya sebelum kemunculan wabah virus corona, namun penerapan ini tak dipungkiri membuat banyak masyarakat merasa khawatir. Sebab, virus corona masih saja mengancam keselamatan.
Oleh karenanya, pemerintah mengimbau untuk selalu menerapkan protokol Covid-19, seperti menggunakan masker, selalu cuci tangan, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Aman dari Infeksi Virus Corona Saat Beraktivitas di Masa New Normal
Kendati demikian, secara psikologis, new normal bukanlah suatu hal yang mudah diterima begitu saja oleh seseorang. Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, dikutip dari Kompas.com.
“Efek dari new normal ini bisa kita lihat, dulu waktu awal masuk Covid-19 ada panic buying. Ada perubahan-perubahan yang kita perlu biasakan diri,” tuturnya dalam webinar berjudul “Adaptasi Normal Baru dari Perspektif Sains, Kesehatan dan Psikologi” yang diadakan The Melting Pot, Senin (8/6/2020).
Dalam rangka menuju new normal, Vera mengatakan ada tiga fase psikologis manusia dalam menghadapi situasi tersebut.
Baca Juga: New Normal Di Lokasi Ini Tak Mudah Dilakukan Karena Satu Hal Krusial
1. Tahap penerimaan
Pada tahap ini, seseorang akan merasakan semacam perubahan besar dalam hidupnya.
Jika sebelumnya kita menjalankan aktivitas dengan bebas beramai-ramai tanpa perlu jaga jarak, kini kita dipaksa harus mengurangi jumlah perkumpulan dan selalu menjaga jarak.
Baca Juga: Perkantoran Mulai Aktif Kembali, Begini Cara Mencegah Covid-19 di Tempat Kerja
Inilah salah satu kondisi yang kita perlu terima. Sebab, apabila kita tidak menerimanya dan mengeyel untuk terus berkumpul dan lain sebagainya, maka penyebaran virus corona bisa saja semakin meluas.
“Ini adalah tahap di mana kita menerima kondisi yang baru. Oh seperti ini kondisinya, oke kita terima,” tuturnya.
2. Tahap adaptasi
Fase kedua adalah adaptasi. Vera mengatakan, inilah fase di mana kita belajar untuk mengatasi kondisi yang baru.
Ya, ketika kita sudah berusaha menerima situasi dengan pandemi Covid-19 yang saat ini terjadi, kita akan memasuki tahap adaptasi.
Baca Juga: Catat! 8 Benda Ini Wajib Selalu Ada dan Dibawa Saat New Normal
Tahap adaptasi terjadi karena adanya tuntutan hidup yang harus dipenuhi, maka kita akan berusaha beradaptasi untuk bertahan hidup meski ditengah pandemi ini.
3. Tahap implementasi
Fase ketiga adalah implementasi, tahap ini kita menerapkan apa yang telah kita pelajari dari kondisi tersebut.
Vera menekankan bahwa new normal akan selalu ada dan selalu berganti, begitu pun fase manusia untuk melewatinya dengan penerimaan sampai implementasi.
Baca Juga: New Normal; Aturan Ganjil Genap Berlaku Pada Motor, Warganet: 'Justru Lebih Riskan Kena Covid-19'
“Ini tidak mudah dan prosesnya bisa jadi cepat atau lambat. Kemudian di tengah-tengah implementation, kembali lagi fasenya ke new normal. Ada lagi normal yang baru, begitu seterusnya,” ucapnya.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | kompas |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar