GridHEALTH.id - Seorang siswi SMP di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, nekat buang bayi usai melahirkan bayinya secara diam-diam.
Pelaku berinisial D (15) membuang bayi yang baru dilahirkannya itu ke pematang sawah di Kampung Panoongan, Desa Mekarjaya, Kecamatan Sukaluyu, Cianjur.
Awalnya, D diduga mengalami pendarahan karena menstruasi.
Lantaran pendarahan tak kunjung berhenti dan kondisi yang semakin lemah, siswi SMP itu pun dibawa orangtuanya berobat ke puskesmas Sukaluyu.
Usai dilakukan pemeriksaan, pihak puskesmas pun mengatakan bahwa D sehabis melahirkan. Saat ditanya, D pun mengakui hal tersebut.
Baca Juga: Waspada Baby Blues, Seorang Ibu Nekat Bunuh dan Buang Bayi ke Selokan
“Pasien bahkan mengaku telah membuang bayinya tidak jauh dari lokasi melahirkan. Karena itu, kita langsung menghubungi pihak kepolisian,” ujar Kepala Puskesmas Sukaluyu Nurul Hadie, dikutip dari TribunJabar.id.
Mengetahui itu, polisi bersama dengan pihak puskemas langsung mendatangi lokasi tempat dibuangnya bayi oleh pelaku. Namun, bayi tersebut sudah tidak bernyawa.
"Anggota kita bersama petugas kesehatan kemudian bergerak ke lokasi, dan ternyata benar ada bayi berjenis kelamin perempuan dengan kondisi sudah meninggal dunia," ujar Kapolsek Sukaluyu Iptu Anaga Budiharso, seperti dikutip dari Kompas.com, Minggu (14/6/2020).
Baca Juga: Hamil di Usia 19 Tahun, Mahasiswi Ini Lempar Bayi Baru Lahir dari Lantai 5 Asramanya
Setelah dimintai keterangan, D mengaku dihamili pamannya yang berinisial BH. Lantas, pihak kepolisian pun langsung beraksi dan mengamankannya.
"Pelaku BH langsung kita amankan untuk dimintai keterangan," kata Anaga.
Kini kasus dugaan pencabulan dan pembuangan bayi ini dilimpahkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Cianjur.
Baca Juga: Seorang Pria Bunuh Balita dan Lukai 2 Orang, Usai Ngamuk Minta Bantuan Senilai 5 Miliar
"Karena kasusnya lex spesialis, melibatkan (pelaku) di bawah umur, sehingga dilimpahkan ke polres," jelasnya.
Sementara itu, mayat bayi berjenis kelamin perempuan itu dibawa ke puskesmas Sukaluyu.
"Bidan desa didampingi pihak Polsek langsung ke lokasi dan membawa mayat bayinya ke Puskesmas," ujar Nurul.
Saat ini, D sudah dirujuk ke RSUD Cianjur untuk melakukan perawatan lebih lanjut.
Baca Juga: Tragis, Seorang Bayi di Kedoya Tewas Tersedak Pisang Akibat Ulah Ibunya
Sementara menurut World Health Organization (WHO), setiap tahun, diperkirakan 21 juta anak perempuan berusia 15-19 tahun di daerah berkembang hamil dan sekitar 12 juta di antaranya melahirkan.
Tak hanya itu, setidaknya ada 777.000 kelahiran terjadi pada anak perempuan remaja yang berusia kurang dari 15 tahun di negara berkembang.
Meskipun tingkat kehamilan remaja telah menurun 55% sejak tahun 1990, kini remaja hamil dan melahirkan 82% di antaranya adalah kehamilan yang tidak diinginkan, seperti dikutip dari Nation Wide Childerns.
Meskipun ada kemungkinan bahwa seorang remaja yang hamil dapat mengalami kehamilan yang sehat dan menjadi orangtua yang baik, namun banyak remaja yang hamil dan mengasuh anak bergulat dengan berbagai stresor, risiko kesehatan, dan masalah rumit lainnya.
Dikutip dari laman WHO, komplikasi kehamilan dan persalinan adalah penyebab utama kematian di antara anak perempuan berusia 15-19 tahun secara global, dengan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah bertanggung jawab atas 99% kematian ibu secara global pada perempuan berusia 15-49 tahun.
Baca Juga: Ngidam Palsu, Nenek 78 Tahun di Bogor Ngaku Hamil 5 Bulan, Ternyata Ini Faktanya
Ibu remaja berusia 10-19 tahun tahun menghadapi risiko eklampsia yang lebih tinggi, endometritis nifas, dan infeksi sistemik dibandingkan wanita berusia 20-24 tahun.
Selain itu, sekitar 3,9 juta aborsi yang tidak aman di antara anak perempuan berusia 15-19 tahun terjadi setiap tahun, berkontribusi terhadap kematian ibu, morbiditas, dan masalah kesehatan yang berkelanjutan.
Baca Juga: Tak Hanya Kasus Covid-19 yang Meningkat di Jawa Timur, Jumlah Perempuan Hamil Pun Mengalami Lonjakan
Melahirkan dini dapat meningkatkan risiko bagi bayi baru lahir dan juga ibu muda, seperti bayi berisiko lebih tinggi dari berat lahir rendah, kelahiran prematur dan kondisi neonatal yang parah. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | WHO,kompas,TribunJabar.id,nationwidechildrens.org |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar