Hal ini di luar ekspektasinya. Kerinduan terhadap istri dan anaknya yang masih berusia 3 bulan menjadi imbasnya.
Dia hanya bisa meneteskan air mata kala tak bisa bersentuhan lagi dengan keluarganya.
"Kalau terlalu rindu (keluarga) saya pasti menangis. Saya juga kecewa tidak berpikir diperlakukan seperti ini," ujar Sugih.
Baca Juga: Menteri Kesehatan di 5 Negara Ini Pilih Mengundurkan Diri di Tengah Pandemi Covid-19
Kesedihan Sugih tak berhenti di sini, insentif yang dijanjikan Presiden Joko Widodo tak kunjung diterimanya sampai saat ini.
Dia pun kecewa lantaran segalanya telah dia curahkan demi merawat pasien yang terpapar virus corona.
Kekecewaan itu kadang memuncak ketika istrinya menanyakan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan keperluan sang anak.(*)
Baca Juga: Perlu Diketahui, Orang Berkulit Gelap Butuh Lebih Banyak Terkena Sinar Matahari saat Berjemur
#berantasstunting
#hadapicorona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Dokter di Makassar yang Seorang Diri Rawat 190 Pasien Covid-19
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar