GridHEALTH.id - Situasi sulit kini dirasakan banyak tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia.
Pasalnya tak sedikit dari mereka yang belum juga menerima insentif atas kerja keras yang dilakukannya dalam menangani pasien Covid-19.
Seperti yang dialami seorang dokter puskesmas di Makassar, bernama Dokter Sugih Wibowo (37) yang belum juga menerima insentif yang telah dijanjikan pemerintah.
Diwartakan Kompas.com, Sugih merupakan satu-satunya dokter yang diberi tanggung jawab merawat pasien Covid-19 dalam program duta wisata Covid-19 Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan di Hotel Harper, Makassar.
Tak tangung-tanggung pasien Covid-19 yang harus ia rawat ada sebanyak 190 orang.
Baca Juga: Vaksin Virus Corona Produksi Indonesia, Harga Dibawah 100 Ribu Rupiah
Baca Juga: Kerap Umbar Kemesraan Bareng Raul Lemos, Krisdayanti Dinilai Tidak Bahagia dan Alami Tekanan Batin
Berbeda dengan hotel-hotel lain yang menjadi tempat program wisata Covid-19 lainnya yang diisi beberapa dokter.
Menurutnya saat bertugas ia hanya ditemani tiga perawat saja secara bergantian.
"Di sini saya hanya sendirian dokter dan ditemani tiga orang perawat tangani 190 pasien. Kita bagi shift, digilir, dan tetap saling backup," kata Sugih.
Baca Juga: Respons WHO Soal Flu Babi Virus G4 'Ini Bukan Virus Baru, Sudah di Bawah Pengawasan Sejak 2011'
Ia sangat sadar terhadap risiko terpapar dan kelelahan.
Namun hal itu tidak menyurutkan Sugih dan tiga perawat untuk merawat pasien Covid-19 setiap hari.
Meski menurutnya jumlah tenaga medis di tempatnya bekerja dengan jumlah pasien sangatlah tidak sebanding.
"Ini jelas tidak sebanding. Jumlah pasien di sini dengan kami. Selama 24 jam full saya standby terus. Saya memang mengajukan diri, tapi tidak berpikir kalau sampai sendiri begini," kata Sugih.
Selama menangani pasien Covid-19, Sugih mengaku menemui pasien dengan keluh kesahnya sendiri.
Meski umumnya menangani pasien Covid-19 yang berstatus orang tanpa gejala (OTG), tetapi kebanyakan pasien merasa tidak nyaman.
Baca Juga: Kapolri Cabut Larangan Berkerumun, Unjuk Rasa Diperbolehkan Asal dengan Satu Syarat
Dia mengatakan ada pasien yang mengalami stres saat dikarantina hingga mengalami keguguran.
Ada juga pasien yang mencoba bunuh diri. Meskipun begitu, harus tetap ia tangani.
"Semua itu harus dan mau tidak mau saya langsung tangani," ucap Sugih.
Lebih lanjut, ia mengatakan sudah menerima perpanjangan tugas sebagai penanggung jawab sebanyak tiga kali.
Baca Juga: Dampak Lockdown Covid-19, Rumah Sakit London Mengalami Lonjakan Penganiayaan Anak
Hal ini di luar ekspektasinya. Kerinduan terhadap istri dan anaknya yang masih berusia 3 bulan menjadi imbasnya.
Dia hanya bisa meneteskan air mata kala tak bisa bersentuhan lagi dengan keluarganya.
"Kalau terlalu rindu (keluarga) saya pasti menangis. Saya juga kecewa tidak berpikir diperlakukan seperti ini," ujar Sugih.
Baca Juga: Menteri Kesehatan di 5 Negara Ini Pilih Mengundurkan Diri di Tengah Pandemi Covid-19
Kesedihan Sugih tak berhenti di sini, insentif yang dijanjikan Presiden Joko Widodo tak kunjung diterimanya sampai saat ini.
Dia pun kecewa lantaran segalanya telah dia curahkan demi merawat pasien yang terpapar virus corona.
Kekecewaan itu kadang memuncak ketika istrinya menanyakan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan keperluan sang anak.(*)
Baca Juga: Perlu Diketahui, Orang Berkulit Gelap Butuh Lebih Banyak Terkena Sinar Matahari saat Berjemur
#berantasstunting
#hadapicorona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Dokter di Makassar yang Seorang Diri Rawat 190 Pasien Covid-19
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar