GridHEALTH.id - Di tengah pandemi Covid-19, kisruh Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) DKI Jakarta kini berujung geramnya para orangtua siswa.
Diketahui, para orangtua siswa ini rela mengirim 8 karangan bunga berisikan kekecewaan atas PPDB Jakarta yang ruwet.
Dalam karangan bunga yang tersebar di depan Balai Kota DKI Jakarta, Senin (6/7/2020), tertulis luapan hati pra orangtua yang merasa dipersulit selama masa PPDB ini.
Bahkan karangan bunga kekecewaan tersebut ditujukan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana.
"Selamat kepada Disdik dan Gubernur DKI Jakarta atas kebijakan PPDB DKI 2020 yang kekejamannya lebih mematikan dari virus corona," serunya.
Baca Juga: Gegara Kementan Launching Kalung Antivirus Corona, Jin Milik Mbah Mijan Menangis, Ini Pengakuannya
Bahkan tak sedikit karangan bunga yang bertuliskan agar Kepala Disdik DKI Jakarta Nahdiana mundur dari jabatannya.
Perlu diketahui, jalur zonasi PPDB tahun ini menuai polemik karena dianggap memprioritaskan anak berusia tua.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana dilaporkan ke Ombudsman RI karena dianggap melakukan malaadministrasi dalam pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2020/2021.
Pengacara publik untuk Forum Orang Tua Murid dan Gerakan Emak Bapak Peduli Pendidikan (Geprak) David Tobing menjelaskan, pelaporan dilakukan karena ada tindakan malaadministrasi berupa pembuatan petunjuk teknis (juknis) baru dalam PPDB jalur zonasi.
"Tindakan malaadministrasi mengubah atau membuat aturan juknis penerimaan siswa didik baru melalui jalur zonasi itu dengan menggunakan usia, sehingga bertentangan dengan Permendikbud," ujarnya ketika ditemui di Kantor Ombudsman RI, Jakarta Selatan, Senin (29/6/2020), dikutip dai Kompas.com.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga dianggap seakan menambah beban para orangtua dari segi ekonomi.
Seperti diketahui, masa pandemi Covid-19 ini memang membuat sebagian orang merasakan kesulitan ekonomi.
Bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, sebagian orang juga merasa sangat kesulitan.
Tak hanya itu, tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) pun membuat masyarakat semakin resah dan mengalami depresi.
Berdasarkan Mayo Clinic, pandemi Covid-19 ini memang mebuat sebagian besar warga dunia merasakan stres dan depresi.
Jutaan orang di seluruh dunia mengatasi kehilangan pekerjaan yang disebabkan oleh pandemi penyakit Covid-19.
Entah itu sementara atau permanen, pengangguran dapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi, dan tantangan kesehatan mental lainnya.
Baca Juga: Cegah Stunting, Sakatonik ABC Berikan Dukungan Nutrisi pada Anak di Tengah Pandemi Covid-19
Ketidakpastian yang terkait dengan pandemi Covid-19 hanya menambah kecemasan.
Dampaknya, kesehatan seseorang bisa jadi akan menurun seiring berjalannya waktu, seperti kehilangan nafsu makan, gangguan metabolisme, gangguan jantung, bahkan parahnya dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan mental parah.
Terlepas dari itu, mantan jurnalis sekaligus Anggota Komisi X DPR RI Putra Nababan, yang kini juga bertugas membahas terkait pendidikan di Indonesia, menyatakan jika masalah PPDB Jakarta hanyalah menambah beban pikiran orangtua siswa.
"Kalau kita kihat DKI Jakarta sebagai episentrum Covid-19, saya betul-betul merasakan (kesulitan) dari warga DKI Jakarta, terutama kondisi ekonomi. Mereka di rumah saat ini masih semaput. Bagaimana ada siswa yang tidak bisa membayar karena orangtuanya (kehilangan pekerjaan)," kata Putra di ruang rapat Nusantara II, DPR RI, Selasa (30/6/2020).
Kendati demikian, masih banyak orangtua siswa yang berharap jika kisruh PPDB Jakarta selesai dengan cara yang benar dan anak-anak mereka dapat bersekolah lagi seperti semestinya. (*)
#hadapicorona #berantasstunting
Source | : | Kompas.com,Instagram,Mayo Clinic |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar