Baca Juga: Bukan dari Wuhan, Virus Corona Telah Ada di Spanyol Sejak Maret 2019 Berasal dari Air Limbah
Karenanya tidak heran jika BPOM sudah menegaskan mengenai hal ini. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan, susu kental manis sebenarnya bukanlah produk susu seutuhnya.
Bahkan kental manis juga tidak boleh diberikan pada anak-anak dibawah lima tahun.
Krim dengan rasa manis yang menggungah selera ini juga rupanya dianggap menjadi pemicu stunting.
Senada dengan penuturan BPOM, Dirjen Gizi Masyarakat Kemenkes RI, Dr. Rr. Dhian Proboyekti Dipo, MA, juga menuturkan bahwa bantuan susu kental manis tidak diperuntukkan bagi anak-anak.
Baca Juga: Update Covid-19; Geser Rusia, India Masuk 3 Besar Negara Tertinggi Kasus Corona
"Jadi saya mengingatkan, kalau nanti ada bantuan sosial yang terdapat di dalamnya makanan instan seperti SKM, itu bukan untuk balita," ungkapnya saat dihubungi GridHEALTH.id pada Rabu (24/6/2020).
Menurut Dhian, susu kental manis justru memiliki kandungan gula yang terlalu tinggi dan sangat membahayakan jika dikonsumsi bayi dan anak-anak.
Penting diketahui, berdasarkan Data Komposisi Pangan Indonesia, dalam 100 gr susu kental manis mengandung 343 Kal, 10 g lemak, 3 g protein, 55 g gula, 275 mg kalsium, dan 0 g serat.
Artinya, tanpa kandungan serat, susu kental manis tidak bisa dijadikan sebuah minuman atau makanan yang mengenyangkan dan melancarkan pencernaan.
Baca Juga: Bedah Kalung Eucalyptus Dalam Menangkal Virus Corona Produksi Kementerian Pertanian
Selain itu, susu kental manis dapat menyebabkan anak mengalami kenaikan berat badan (obesitas).
Bahkan parahnya, susu kental manis juga dapat menjadi penyebab stunting.
Seperti beberapa waktu lalu, para orang tua yang memberikan susu kental manis pada balita akhirnya menyebabkan 3 balita di Kendari dan 1 di Batam dirawat di RS dengan diagnosis gizi buruk alias stunting.
Baca Juga: Anies Baswedan hingga Kepada Disdik DKI Jakarta Dapat Karangan Bunga Menohok dari Orangtua Siswa
Source | : | GridHealth.ID |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar