GridHEALTH.id - Dalam upaya mendeteksi penyebaran virus corona (Covid-19), Pemerintah Indonesia sedari awal wabah sudah memberlakukan pemeriksaan rapid test.
Namun metode pemeriksaan ini banyak diprotes masyarakat, sebab selain hasilnya yang sering tidak akurat juga harganya terbilang cukup mahal.
Diketahui rapid test sendiri merupakan salah satu metode skrining awal yang banyak digunakan saat ini untuk mendeteksi virus corona dalam tubuh.
Dikutip dari The Guardian, rapid test bekerja dengan mendeteksi antibodi immunoglobulin melalui darah.
Meski hasil rapid test dapat keluar hanya dalam waktu 15-20 menit dan bisa dilakukan dimana saja sehingga memudahkan tracing, tes Covid-19 ini memiliki kelemahan false negative (positif atau negatif palsu).
Menanggapi hal itu, Anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro memastikan pemerintah masih akan menggunakan metode pemeriksaan rapid test untuk mendeteksi Covid-19.
Menurutnya, metode rapid test masih dibutuhkan untuk tahapan screening awal.
Baca Juga: 6 Gejala Seseorang Terinfeksi Virus Corona Baru, Data dari Covid Symptom Study King's College London
"Kami menyimpulkan bahwa rapid test masih diperlukan. Sebagai salah satu upaya yang bisa mengetahui apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak," ujar Reisa di Kantor BNPB, Jakarta, Sabtu (18/7/2020).
Reisa mengatakan saat ini pemerintah mulai memproduksi alat rapid test sendiri. Rapid test dapat dimanfaatkan ketika ada keterbatasan pemeriksaan menggunakan metode PCR.
"Pada kondisi dengan keterbatasan kapasitas pemeriksaan RT-PCR atau tes dengan sampel swab, rapid test dapat digunakan untuk penapisan atau skrining pada populasi tertentu, yang dianggap berisiko tinggi," tutur Reisa.
Selain itu, rapid test dapat dilakukan pada situasi khusus seperti pada pelaku perjalanan serta untuk menguatkan pelacakan kontak erat dan pada kelompok kelompok rentan risiko.
Metode rapid test, menurut Reisa dapat disandingkan dengan PCR jika diperlukan.
"Bisa dengan melakukan rapid test dan kemudian dilanjutkan dengan swab test apabila diperlukan atau dianjurkan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya," pungkas Reisa.
Sementara itu, berdasarkan data daari www.covid19.go.id pada 19 Juli 2020, diketahui ada penambahan kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Penambahan itu menyebabkan saat ini total kasus ada 86.521 orang terkonfirmasi positif Covid-19, terhitung sejak pencatatan pasien pertama pada 2 Maret 2020.
Berdasarkan data dalam periode yang sama, ada juga penambahan 2.133 pasien sembuh dari Covid-19.
Baca Juga: Timbangan Geser ke Kanan Terus selama WFH? 7 Makanan Ini Mampu Turunkan Berat Badan
Dengan demikian, secara akumulasi ada 45.401 pasien yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Dalam periode 18-19 Juli 2020 juga ada 127 pasien Covid-19 yang tutup usia. Sehingga, totalnya menjadi 4.143 orang, dan sisanya masih harus mendapatkan penanganan medis.(*)
Baca Juga: Pertolongan Pertama Pada Ibu Hamil Pilek, Batuk, dan Sakit Tenggorokan
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | The Guardian,tribunnews |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar