Synairgen mengklaim, pasien yang telah menjalani perawatan dua hingga tiga kali kemungkinan bisa pulih seperti sedia kala.
"Kami tidak bisa mengharapkan hasil yang lebih baik daripada ini," ujar CEO Synairgen, Richard Marsden mengatakan kepada BBC (21/07/20).
Profesor imunofarmakologi dari University of Southampton sekaligus salah satu pendiri Synairgen, Stephen Holgate mengatakan, virus corona diketahui telah berevolusi untuk menghindari tanggapan antivirus awal paru-paru.
“Perawatan kami untuk memberikan konsentrasi interferon beta lokal yang tinggi, protein antivirus yang terjadi secara alami, mengembalikan kemampuan paru-paru untuk menetralkan virus,” tambahnya.
Sementara banyak yang mengembangkan pengobatan Covid-19, perkembangan vaksin tetap menjadi standar utama dalam perlindungan virus.
Saat ini, beberapa perusahaan bioteknologi di sejumlah negara telah mengembangkan uji klinis vaksin Covid-19 agar bisa segera didistribusikan, setidaknya pada kuartal pertama tahun depan.
Baca Juga: Hati-hati, Keseringan Duduk Lama Bisa Picu Munculnya Nyeri Sendi
Sementara itu, awal pekan ini (20/07/20), Pelaksana tugas (Plt) Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan bahwa Vaksin Covid-19 dari perusahaan asal China, Sinovac, sudah tiba di Indonesia.
Kemlu sendiri mengakui bahwa vaksin ini belum siap edar. Vaksin masih harus melalui uji klinis tahap III yang akan dilakukan PT Bio Farma, Universitas Padjadjaran, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes). Ditargetkan bisa mulai digunakan untuk keadaan darurat mulai kuartal pertama 2021. (*)
Source | : | Reuters,BBC,Gridhealth.id,gelora.co.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar