GridHEALTH.id - Saat membeli produk pangan tak sedikit orang yang mengabaikan label nutrisi makanan yang tertera didalamnya.
Padahal dikutip dari Academy of Nutrition and Diatetics, label nutrisi makanan dapat membantu kita dalam memilih dan mengidentifikasi gizi penting dalam suatu produk yang nantinya berpengaruh pada diet sehat.
Baca Juga: Lagi-lagi di Hukum Push Up, Sejumlah Polisi di Jakarta Timur Kedapatan Tak Pakai Masker
Label makanan terdiri dari beberapa bagian, termasuk komposisi dan label informasi gizi.
Setiap label makanan memiliki beberapa komponen, seperti ukuran penyajian, lemak total, nutrisi, serta presentase harian.
Sayang tak sedikit juga dari kita yang masih salah dalam membaca label makanan ini.
Misalnya, berpikir produk 'bebas gula" adalah hal yang terbaik, dimana hal ini tak selamanya benar.
Baca Juga: Lagi-lagi di Hukum Push Up, Sejumlah Polisi di Jakarta Timur Kedapatan Tak Pakai Masker
Baca Juga: Warning! Efek Jangka Panjang Covid-19 Bisa Sebabkan Cacat Seumur Hidup
Dilansir Kompas.com dari Fitness Magazine, berikut sembilan kesalahan yang dilakukan banyak orang ketika membaca label produk makanan.
1. Bingung membedakan istilah "dikurangi" dengan "rendah"
Mengurangi sodium tidak berarti rendah sodium.
Misalnya kecap yang dikurangi kadar sodiumnya hingga 25 % lebih sedikit dari kecap biasa, tapi masih merupakan produk tinggi sodium.
2. Hanya melihat jumlah total gula
Orang lebih sering melihat berapa gram gula yang terkandung dalam satu produk dan berhenti di situ.
Baca Juga: Dihantam Badai Pandemi Covid-19 Negara Tetangga Indonesia Satu Ini Diambang Kebangkrutan
Ya, jumlah total gula memang penting, tapi kita juga harus lebih memerhatikan bahan pemanis lainnya seperti sirup jagung atau gula putih.
Khusus untuk susu, mereka mengandung gula alami yang disebut laktosa.
Biasanya, gula alami datang bersama dengan serat dan protein, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna oleh tubuh dan tidak terlalu , menyebabkan lonjakan gula darah.
3. Mengabaikan istilah 'serving size' atau 'porsi'
Satu bungkus bahan agar-agar, bukan berarti kita mengolahnya menjadi hanya satu porsi.
Bisa jadi, satu bungkus agar-agar dimaksudkan untuk menjadi 3-4 porsi.
Baca Juga: Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir? WHO; Penyebar Virus Corona adalah Manusia Usia 20-40 Tahun
4. Berpikir 'bebas gula" adalah hal yang terbaik
Produk bebas gula belum tentu benar-benar tanpa gula dan lebih baik dari produk makanan yang rasanya manis.
Khusus untuk makanan impor dari Amerika Serikat, FDA atau Badan Pengawas Obat dan Makanan di sana menetapkan bahwa tambahan lima gram pemanis per porsi, tetap bisa dikategorikan sebagai bebas gula.
Baca Juga: Menyelami Manfaat Insiasi Menyusui Dini Bagi Ibu dan Bayi
5. Menganggap 'rendah kalori' adalah segalanya
Produk rendah kalori tampak ideal ketika kita sedang mencoba untuk tetap dalam kisaran kalori tertentu.
Tapi, ada hal yang juga penting, yaitu kualitas kalori.
Pilih label bertuliskan 'whole' atau 'utuh' dan 'unprocessed' atau minim pengolahan untuk mendapat jumlah nutrisi yang lebih baik.
6. Tidak mencari daging tanpa lemak
Tidak yakin bagaimana menemukan daging tanpa lemak? Label yang mengatakan 90/10 berarti bahwa 10 persen dari berat produk berasal dari sumber-sumber lemak hewan.
Baca Juga: Anggota Polisi Dihukum Push Up Usai Kedapatan Abaikan Protokol Covid-19
7. Mengabaikan nilai persentase harian nutrisi yang penting
Ketika melihat nilai persentase harian untuk serat dan protein, mungkin kita bisa kesulitan menentukan produk mana yang benar-benar unggul.
Ikuti saja aturan praktisnya, 5 % atau kurang dianggap rendah dan 20 % atau lebih dianggap tinggi.
Jadi, jika pada label tertulis lima persen vitamin C, artinya produk itu rendah vitamin C.
8. Membeli roti yang mengatakan "terbuat dari biji-bijian"
Menurut FDA, saat ini tidak ada standar untuk mengidentifikasi isi biji-bijian dalam satu jenis makanan.
Baca Juga: Setidaknya 800 Orang Meninggal Dunia Akibat Termakan Teori Konspirasi
Roti dengan label "terbuat dari biji-bijian" bisa saja sebenarnya berisi tepung dengan sedikit biji-bijian.
Tapi produk yang berlabel "100 % gandum" atau "10 gram gandum" harus mematuhi pernyataannya tersebut demi hukum.
9. Mengagungkan produk berlabel 'natural'
Alami atau natural tidak identik dengan sehat.
Makanan yang alami mungkin tidak mengandung pewarna buatan atau zat aditif, tetapi bisa saja mereka sarat akan gula, sodium, atau lemak.
Baca keseluruhan label untuk mendapat gambaran keseluruhan nilai gizi dan kalori serta bahan-bahan yang mungkin merusak kesehatan, pada produk makanan yang dipilih.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,eatright.org |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar