GridHEALTH.id - Kementerian Pertanian (Kementan) kembali mendapat sorotan tajam publik.
Hal ini menyusul kabar penutupan sejumlah lantai di Kompleks Gedung Utama Kementan akibat adanya paparan virus corona (Covid-19).
Diberitakan ada belasan pegawai Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan dinyatakan positif terjangkit Covid-19.
Rencananya sejumlah gedung di Kementan tersebut akan di lockdown selama tiga hari untuk keperluan sterilisasi.
Menurut Kepala Sub Bagian Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Ditjen PKH Kementan Aryani Gumelar, sterilisasi dilakukan di Gedung C mulai lantai VI hingga lantai IX.
"Untuk Ditjen PKH itu kan di lantai VI hingga IX. Jadi selama tiga hari ke depan empat lantai ini akan disterilisasi, termasuk untuk alat kantor dan kendaraan penjemputan," ujarnya dikutip dari Kompas.com, Senin (24/8/2020).
Baca Juga: Fakta Lain Penularan Virus Corona dari China yang Sudah Bebas Masker, dan Boleh Party
Baca Juga: Akan Dapat 290 Juta Vaksin Covid-19, Jokowi Berniat Jual Vaksin ke Negara Lain Jika Berlebih
Dengan ditutupnya kantor, lanjut dia, seluruh pegawai Ditjen PKH Kementan melaksanakan kerja dari rumah (WFH) selama tiga hari.
Pelaksanaan WFH itu terhitung sejak Senin (24/8/2020) hingga Rabu (26/8/2020).
Saat disinggung perihal terjadinya penularan, Aryani menduga terjadi di luar kantor.
Pasalnya, kata dia, seluruh pegawai di Ditjen PKH Kementan sudah melaksanakan kegiatan perkantoran secara penuh.
Baca Juga: Atasi Stres Akibat Covid-19, Orang Jepang Malah Ramai-ramai Sejenak Berbaring di Peti Mati
"Jadi ada yang melakukan rapat di luar kantor, ada yang tatap muka dan sebagainya. Sebelumnya kan rapat memang dilakukan secada virtual ," ujar Aryani.
"Tapi untuk beberapa pekan ini memang rapat sudah dilaksanakan tatap muka dan kami pun sudah melaksanakan dinas ke luar kota yang mungkin bertemu banyak orang," lanjutnya.
Baca Juga: Pengangkatan 17 Anggota KKI Menkes Terawan DInilai Mengecewakan, IDI Minta Audiensi Dengan Jokowi
Meski begitu, Aryani menuturkan bahwa protokol kesehatan tetap dilakukan selama pandemi, baik menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan dan penyediaan disinfektan.
Sementara itu, temuan kasus Covid-19 ini pun membuat sejumlah masyarakat menyinggung kembali antivirus corona yang diciptakan Kementan.
Diketahui sebelumnya, pihak Kementan sempat membuat heboh karena mengumumkan telah berhasil menciptakan sejumlah produk antivirus corona yang terbuat dari tanaman eucalyptus.
Produk antivirus yang dibuat ada yang berbentuk kalung, balsem, roll on, sampai inhaler.
Produk tersebut membuat heboh karena diklaim dapat menangkal virus corona yang tengah mewabah hampir di seluruh penjuru dunia.
Baca Juga: Tidak Mengenakan Celana Dalam Saat Tidur, Tikus Masuk ke Organ Intim, Suami Menjerit
Namun nyatanya produk seperti kalung antivirus tersebut masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut.
Sebab diakui Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Kementan, Dr. Ir. Evi Savitri Iriani, MSi yang juga ikut terlibat dalam penelitian, bahwa kalung antivirus ini masih dalam tahap uji praklinis atau pada hewan.
Baca Juga: Salah Pola Makan di Usia Remaja, Berisiko Anaknya Kelak Kurang Gizi dan Stunting
Padahal menurut Mayo Clinic, untuk menilai efektivitas dan keamanan suatu produk seperti antivirus, perlu dilakukannya uji klinis, disamping pengujian pada hewan atau uji praklinis.
Diketahui uji klinis merupakan tahap akhir dari penelitian yang dilakukan kepada manusia.
Dimana orang yang menjadi sampel bisa sampai ribuan atau puluhan ribu, serta waktu yang dibutuhkan pun tidak sebentar.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,Mayo Clinic |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar