GridHEALTH.id - Dalam kebahagiannya memiliki bayi yang lucu, tetiba saja Mona Ratuliu mengabarkan kesediahan.
Bagaimana tidak sedih, putri kecilnya yang lahir pada 20 Mei 2020 lalu di pipinya muncul bercak-bercak merah.
Baca Juga: Kabar Baru dari Ridwan Kamil Usai Disuntik Vaksin Covid-19, Optimis!
Bercak merah yang muncul tidak saja di pipi, tapi juga hingga kepala.
Jika bukan Mona Ratuliu yang mengalaminya, biasanya akan menyebut ini karena kebanyakan dicium, malah ada juga yang menyebut kondisi ini karena ASI.
Ya, ASI yang menetes di pipi saat menyusui banyak dijadikan penyebab bercak-bercak merah pada pipi bayi oleh banyak ibu yang memiliki bayi.
Bagaimana menurut ona Ratuliu mengenai kondisi bayinya itu?
Ibu empat anak ini yang juga aktif di dunia parenting dan kesehatan, membagikan ilmu yang dimilinya mengenai hal ini.
Baca Juga: Ciri Dahak yang Mengandung Virus Corona, Disebut Dilihat dari Warna dan Bentuknya
"2-3 hari belakangan kulit numa memerah dan agak berair.
Bukan karena keseringan dicium, bukan juga karena kena ASI kok.
Kalau ada yang bayinya kulitnya mirip Numa begini, ini namanya: Dermatitis Atopik" tulis Mona.
Baca Juga: Benarkah Kurang Tidur Bisa Tingkatkan Risiko Covid-19? Ini Kata Dokter
Diakui Mona, alergi ini juga dialami oleh ketiga anaknya yang lain saat mereka bayi.
Tentu bagi mereka yang awam kesehatan kondisi ini menakutkan.
Sebab biasnaya bayi akan rewel jika mengalami hal ini. Rewelnya pun serba salah.
Baca Juga: Minuman Untuk Kesehatan Jantung, Dari Air Putih Hingga Teh Daun Kelor
Karena tidak akan segera reda tangisnya walau sudah disusui, ditimang-timang, dan sering kali sudah tidur.
Bagaimana mengetasinya?
Asal tahu saja, kondisi ini tidak ada obatnya.
Jadi yang bisa orangtua lakukan adalah melakukan managemen pola asuh untuk anak alergi.
Seperti yang dilakukan Mona Ratuliu, menjauhkan bayinya dari benda-benda yang memungkinkan jadi pemicu alergi.
Baca Juga: Parno saat Mengeluarkan Dahak? Beginilah Ciri-ciri Lendir Corona Penyebab Covid-19
Seperti debu serta makanan seperti seafood, telur, dan susu.
Musti dingat, mengatasi Dermatitis Atopik tidak bisa sim salabim.
Butuh aktu, proses, perjuangan, kesabaran, dan telaten juga konsisten dari orangtua.
"Karena Numa full ASI bundanya udah diet nggak makan seafood, telur, sama susu keju dan turunannya.
Sementara jg menghindari ayam dan bebek. Jadi skrg cuma makan sayur sama hewan kaki 4 aja." jelasnya.
Melansir MayoClinic.org dalam artikel yang berjudul Atopic dermatitis (eczema), dermatitis atopik (eksim) adalah kondisi yang membuat kulit menjadi merah dan gatal.
Ini umum terjadi pada anak-anak tetapi dapat terjadi pada semua usia.
Dermatitis atopik berlangsung lama (kronis) dan cenderung kambuh secara berkala.
Bisa disertai asma atau alergi serbuk bunga.
Dermatitis atopik, melansir nationaleczema.org dalam aritikel Atopic Dermatitis, menyebutkan telah memengaruhi lebih dari 9,6 juta anak-anak dan sekitar 16,5 juta orang dewasa di Amerika Serikat.
Ini adalah kondisi kronis yang dapat datang dan pergi selama bertahun-tahun atau sepanjang hidup, dan dapat tumpang tindih dengan jenis eksim lainnya.
Jadi, tidak ada obat yang ditemukan untuk dermatitis atopik.
Tetapi perawatan dan tindakan perawatan diri dapat meredakan gatal dan mencegah tibulnya gejala dermatitis.
Misalnya, membantu menghindari sabun yang keras, melembabkan kulit secara teratur, dan mengoleskan krim atau salep obat.
Walau sudah melakukan itu semua, ternyata Mona Ratuliu tidak menemukan solusi untuk anak bungsunya itu.
Kulit pipi bayi tetap saja memerah, bercak-bercak merah.
Karenanya Mona Ratuliu mencurigai hal lain, yaitu air.
Penting diketahui penanganan dermatitis atopik ini, melansir nationaleczema.org, untuk yang ringan;
* Menghindari pemicu yang diketahui
* Menjaga rutinitas mandi dan pelembab untuk melindungi dan memperkuat pelindung kulit
* Istirahat, tidur yang optimal
* Mengonsumsi makan makanan yang sehat
* Mengelola stres
Jika metode ini tidak cukup, bisa jadi mengalami dermatitis atopik berat. Karenanya bisa saja membutuhkan perawatan lain; kortikosteroid topikal, topikal non steroid, biologi.
Untuk kasus anak bungsunya ini Mona Ratulia memutuskan untuk menggunakan air minum dalam kemasan alias air mineral untuk mandi oleh putri kecilnya itu.
"Cuma lagi curiga sama air nih. Kalau mandi, numa cuci mukanya pakai air mineral yg biasa buat minum.
Baca Juga: Serius, Mentan Syahrul Yasin Limpo Tetapkan Ganja Sebagai Tanaman Obat
Yg belum dicoba sih berhenti ac pas tidur malam. Bisa aja numa alergi dingin atau alergi jamur ac. Dicoba deh nanti malem" pungkasnya.
Penting diketahui, penelitian menunjukkan bahwa beberapa orang dengan eksim, terutama dermatitis atopik, memiliki mutasi gen yang bertanggung jawab untuk membuat filaggrin.
Filaggrin adalah protein yang membantu tubuh kita menjaga kesehatan, pelindung pelindung di lapisan paling atas kulit.
Tanpa filaggrin yang cukup untuk membangun pelindung kulit yang kuat, kelembapan dapat keluar dan bakteri, virus, dan lainnya dapat masuk.
Inilah sebabnya mengapa banyak penderita DA memiliki kulit yang sangat kering dan rentan infeksi.(*)
Baca Juga: 4 Manfaat Asam Jawa Menakjubkan untuk Ibu Hamil, Salah Satunya Cegah Kelahiran Prematur
#berantasstunting
#HadapiCorona
Source | : | mayoclinic.org,intagram,nationaleczema.org |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar