“Selama ini yang saya dengar pemerintah menyebutkan angka kesembuhan, padahal angka kesembuhan bukan parameter dalam pengendalian corona. Ini yang salah menurut kami sebagai epidemiologi,” katanya, Senin (29/6/2020).
“Jadi kesembuhan bukan angka untuk menjamin terkendali. Lihatlah tim gugus menyebutkan informasi, mengatakan prestasi angka kesembuhan kita terbaik nasional. Ini bukan indikator kita sudah bisa mengendalikan,” sambung Defriman.
Ia mengungkapkan, dalam analisisnya angka reproduksi efektif di Sumbar sudah dibawa angka satu. Namun, reproduksi efektif ini belum dipastikan dalam dua minggu.
“Tidak bisa dipastikan, dengan banyak pertanyaan. Dengan jumlah dilaporkan tiga, empat (kasus) kalau orang awam tidak mempertanyakan. Kalau saya sebagai epidemiologi sering mengkritisi dan mempertanyakan. Berapa sampel individu masing-masing kota dan kabupaten yang tidak ada kasus itu? Ini yang harus dibuka,” tegasnya.
Sementara itu, ahli epidemiologi dari Universitas North Carolina, Amerika Serikat, Juhaeri Muchtar mengingatkan, agar masyarakat dan pemerintah tak terlalu euforia seolah vaksin Covid-19 di Indonesia sudah mulai diproduksi.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar