GridHEALTH.id - Belakangan ini, Indonesia tengah ditiup semilir angin segar atas pemberitaan mengenai tren kesembuhan Covid-19 yang membaik.
Bahkan Menteri BUMN Erick Thohir dalam acara "Doa Bersama dan Hening Cipta untuk Keselamatan Dokter Indonesia" secara daring, Rabu (2/9/2020) malam, menyatakan bahwa angka tersebut semakin membawa rasa syukur.
"Indonesia tentu berusaha maksimal, alhamdulillah kalau saya sampaikan dengan kerendahan hati trennya sudah sangat membaik. Baik dari tren penyembuhan, fatality (kematian) yang terus dalam kondisi membaik," ujar Erick, dikutip dari Kompas.com.
Meski cenderung membaik, namun Erick Thohir dan pihaknya terus berusaha menjaga angka-angka tersebut agar tidak meningkat lebih tinggi lagi.
Baca Juga: Peringatan Tegas Satgas Covid-19, Hindari 20 Aktivitas Ini Atau Besok Dikarantina
Kendati tren kesembuhan Covid-19 dinilai membaik, namun ahli epidemiologi asal Universitas Andalas (Unand) Padang Defriman Djafri menyatakan, indikator pengendalian corona adalah ada pada reproduksi efektif.
“Selama ini yang saya dengar pemerintah menyebutkan angka kesembuhan, padahal angka kesembuhan bukan parameter dalam pengendalian corona. Ini yang salah menurut kami sebagai epidemiologi,” katanya, Senin (29/6/2020).
“Jadi kesembuhan bukan angka untuk menjamin terkendali. Lihatlah tim gugus menyebutkan informasi, mengatakan prestasi angka kesembuhan kita terbaik nasional. Ini bukan indikator kita sudah bisa mengendalikan,” sambung Defriman.
Ia mengungkapkan, dalam analisisnya angka reproduksi efektif di Sumbar sudah dibawa angka satu. Namun, reproduksi efektif ini belum dipastikan dalam dua minggu.
“Tidak bisa dipastikan, dengan banyak pertanyaan. Dengan jumlah dilaporkan tiga, empat (kasus) kalau orang awam tidak mempertanyakan. Kalau saya sebagai epidemiologi sering mengkritisi dan mempertanyakan. Berapa sampel individu masing-masing kota dan kabupaten yang tidak ada kasus itu? Ini yang harus dibuka,” tegasnya.
Sementara itu, ahli epidemiologi dari Universitas North Carolina, Amerika Serikat, Juhaeri Muchtar mengingatkan, agar masyarakat dan pemerintah tak terlalu euforia seolah vaksin Covid-19 di Indonesia sudah mulai diproduksi.
Euforia itu berdampak pada pengabaian protokol kesehatan.
"Cuma jangan jadi euforia seolah-olah vaksin sudah ada di sini sehingga penduduk menjadi longgar, oh vaksin sudah di depan mata yuk kita belanja lagi, saya pikir peran pemerintah jangan sampai itu jadi euforia," kata Juhaeri dalam diskusi secara daring bertajuk 'Jakarta dan Dunia Memerah Lagi' pada Sabtu (29/8/2020). (*)
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar