GridHEALTH.id - Artis dan napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif), sepertinya dua hal berbeda dan bertentangan, tapi nyata tidak bisa dipisahkan.
Mengapa? Pertama, karena tidak ada hubungannya antara napza dan profesi artis, juga tak ada hubungannya napza bisa membuat artis bisa lebih profesional, berkualitas, juga lebih baik.
Baca Juga: Update Covid-19; Airlangga Hartanto Beri Kabar Baik, Bansos 600 Ribu Ditransfer Hingga 2021
Kedua, pengguna napza di kalangan artis tidak sedikit. Malah banyak artis top ternama di tanah air tertangkap aparat kepolisian dan atau Badan Narkotika Nasional (BNN), karena menjadi penyalah gunaan napza, mala ada juga yang menjadu penjual bahkan bandar.
Nah, salah satu artis yang beberapa hari lalu tertangkap karena napza jenis sabu-sabu, adalah penyanyi Reza Artamevia.
Penyanyi yang ditangap pada Jum'at (4/9/2020) di sebuah restoran di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, dengan kasus penyalahgunaan narkoba.
Baca Juga: 181 Nakes di Indonesia Berguguran Akibat Covid-19, Rupanya Ada Risiko Burnout
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus pun merilis pernyataan remis pada Minggu (6/9/2020) pagi.
Dari penangkapan tersebut, polisi menemukan barang bukti 1 clip sabu-sabu seberat 0,78 gram, dompet, alat hisap sabu, dan korek api.
Setelah diperiksa urinenya, memang positif menggunakan Sabu-sabu.
"Hasil tes urine positif, positif amphetemine, atau masuk dalam kategori narkotika jenis sabu-sabu," ujar Yusri.
Asal tahu saja, bukan kali pertama Reza Artamevia terjerat kasus narkoba.
Pada tahun 2016, sang dirinya pun tertangkap karena kasus narkoba, tapi lolos dari jeratan hukum.
Nah, yang jadi pertanyaan mengapa banyak artis yang menggunakannya, termasuk Reza?
Ternyata ada tujuan dan harapan dari mereka, termasuk Reza, menggunakan sabu-sabu.
Baca Juga: Klaster Keluarga Jadi Ancaman Baru Covid-19, Begini Cara Mencegahnya
Euforia dan ekstase
Sabu-sabu merupakan golongan obat stimulan jenis metamfetamin, yang satu derivat turunan dengan amfetamin yang terkandung dalam pil ekstasi.
Banyak orang menggunakan zat ini untuk mendapatkan efek psikologis.
Efek yang paling diinginkan adalah perasaan euforia sampai ekstase (senang yang sangat berlebihan).
Obat ini juga menimbulkan efek meningkatnya kepercayaan diri, harga diri, dan peningkatan libido.
Pemakai sabu-sabu bisa tampil penuh percaya diri, tanpa ada perasaan malu sedikit pun dan menjadi orang yang berbeda kepribadian dari sebelumnya.
Salah satu yang mungkin menarik banyak orang untuk memakai sabu-sabu, termasuk Reza, adalah karena sabu-sabu tidak dibarengi dengan efek sedasi atau menurunnya kesadaran akibat zat tersebut.
Beda dengan heroin atau ganja, pemakai shabu dapat membuat dirinya untuk tetap membuat terjaga dan konsentrasi.
Baca Juga: Jokowi Kembali Tegur Kemenkes, Presiden Kesal dengan Ketimpangan Tes Covid-19 Antar Provinsi
Selain efek yang menyenangkan di atas, sebenarnya sabu-sabu juga membuat timbulnya gejala-gejala psikosomatik, paranoid, halusinasi, dan agresivitas.
Mereka yang menggunakan sabu-sabu bisa menjadi manusia yang mudah tersinggung, dan berani berbuat sesuatu yang mengambil risiko.
Jika melihat efeknya yang menyenangkan di atas, terutama berkaitan dengan percaya diri tampil dan peningkatan keberanian, maka tidak heran banyak artis yang senang menggunakannya.
Dengan alasan ingin menambah proses kreatif, sabu-sabu pun terkadang digunakan.
Baca Juga: 10 Tanda Tubuh yang Mengindikasikan Kita Memiliki Penyakit Berat
Satu lagi alasan memakai sabu-sabu adalah membuat orang tidak ingin makan.
Tidak heran, zaman dulu obat golongan ini juga banyak digunakan untuk melakukan diet, walaupun saat ini sudah ditinggalkan karena efek ketergantungan dan kerusakan otak.
Efek terhadap fisik
Pemakaian sabu-sabu, apalagi yang berlebihan, menyimpan potensi bahaya besar untuk kesehatan fisik.
Efek stimulan pada obat ini menyebabkan kerja jantung dan pembuluh darah tubuh menjadi berlebihan.
Peningkatan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik, sangat nyata pada penggunaan sabu-sabu.
Hal ini akan dibarengi tentunya dengan denyut jantung yang kencang.
Tidak heran jika jenis narkotika ini akan membawa dampak sangat berbahaya bagi penderita hipertensi atau darah tinggi.
Selain itu, sabu-sabu bisa menimbulkan efek kejang sampai perdarahan otak. Hingga akhirnya meninggal karena perdarahan di otaknya.
Baca Juga: Tak Ada Lagi Zona Hijau, Kasus Covid-19 di Jatim Belum Terkendali
Pada pengguna sabu-sabu sering kali juga didapatkan efek peningkatan suhu tubuh yang tinggi, sehingga menyebabkan demam luar biasa bagi penggunanya.
Peningkatan suhu tubuh yang berlebihan sangat berbahaya, karena juga sangat memengaruhi otak dan dapat menimbulkan kejang.
Ketergantungan
Adalah pendapat yang sangat salah jika mengatakan pemakaian sabu-sabu tidak membuat pemakainya ketergantungan.
Pendapat yang salah tersebut mungkin karena didasari pengalaman para pemakai yang tidak merasakan efek putus zat setelah pemakaian yang hanya sesekali.
Pemakaian narkotika jenis shabu kebanyakan pada saat pesta atau clubbing yang biasanya pada akhir pekan.
Namun jangan salah, penggunaan sesekali ini pun bisa menimbulkan kerusakan otak yang mengarah pada pemakaian yang terus-menerus dengan dosis yang semakin tinggi.
Pemakaian shabu secara terus-menerus pada akhirnya akan menimbulkan efek putus zat jika si orang tersebut sudah tidak memakai lagi.
Baca Juga: Cara Periksa Mandiri Happy Hypoxia, Kondisi yang Sering Membunuh OTG Covid-19
Apa yang terjadi jika si orang tersebut tidak memakai lagi adalah efek kebalikan dari efek psikologis yang tadinya didapatkan.
Perasaan lelah berlebihan, kecemasan yang luar biasa, tidak merasa percaya diri, dan terkadang ide paranoid yang muncul sampai gejala psikosis alias sakit jiwa berat.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
Artikel ini sudah tayang di kompas.tv dengan judul "Reza Artamevia Positif Sabu, Ini Pernyataan Lengkap Polisi"
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar