GridHEALTH.id - Terus melonjaknya angka kematian di Indonesia sejalan dengan meningkatnya kasus positif. Data Covid-19.go.id menunjukkan rata-rata jumah kematian naik 100 kasus setiap hari.
Data hari Minggu dikutip dari Kompas.com (06/09/2020) misalnya, provinsi Jawa Timur menjadi wilayah yang paling besar angka kematiannya yakni 2.515 disusul DKI Jakarta sebanyak 1.265 dan Sulawesi Selatan 370 kasus.
Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, mengatakan kecepatan penyebaran virus sudah tak terbendung.
Jika tidak segera diatasi, tiap-tiap daerah yang memiliki angka positif menyimpan 'bom waktu' yang setiap saat bisa meledak.
"Jawa Tengah dan Jawa Timur ini kasus kematiannya 70% lebih tinggi dari kasus rata-rata nasional bahkan di banding DKI Jakarta," jelas Dicky Budiman dikutip dari BBC News Indonesia (06/09/2020).
Satu-satunya cara untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian, kata Dicky, dengan mengejar jumlah pengetesan tes Covid-19 sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca Juga: 7 Cara Mudah Mengenali Bakat Anak Bantu Tumbuh Kembang Optimal
Ia mencontohkan Jawa Timur yang jumlah penduduknya hampir 40 juta, paling tidak harus melakukan pengetesan dengan CPR hingga 60.000 sehari.
"Testing, tracing, isolasi, tindakan-tindakan ini yang sebetulnya akan menyelamatkan daerah dari tingginya angka kematian."
Sayangnya, menurut Dicky, tidak banyak kepala daerah yang gencar melakukan tiga hal tadi sehingga virus dengan mudah dan cepat menyebar.
Dari pengamatannya hanya tiga daerah yang penanganan pandemi Covid-19 terbilang baik yakni DKI Jakarta, Yogyakarta, dan Sumatera Barat.
Baca Juga: Bau Mulut Parah dan Banyak Gigi Berlubang Pertanda Jelas Diabetes
Baca Juga: 4 Pilihan Kontrasepsi Bagi Pria, Ternyata Kondom Paling Disuka
"Ini sejak awal digaungkan tapi sense of crisis banyak kepala daerah masih minim, sedikit sekali yang melakukan tes Covid-19." (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Kompas.com,CNN Indonesia,BBC News Indonesia |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar