Tapi peneliti lain berpendapat berbeda, dan malah menganggap hasil penelitian Green dkk bersifat "provokatif," karena penelitian tersebut tidak membedakan antara efek durasi tidur dan efek paparan cahaya malam hari pada sperma.
Demikian kata Shanna Swan, PhD, ahli epidemiologi lingkungan dan reproduksi di departemen kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat di Icahn School of Medicine di Mount Sinai di New York City.
Kekhawatiran lainnya: "Ini adalah kelompok khusus pria di pusat infertilitas, jadi saya akan berhati-hati dalam menarik kesimpulan tentang populasi umum dari penelitian ini.”
Namun demikian, Dr. Swan menambahkan, jelas bahwa paparan cahaya buatan pada malam hari merupakan pengganggu endokrin (hormon) karena memengaruhi melatonin, yang merupakan hormon.
Pengganggu endokrin telah terlibat sebagai penyumbang kemungkinan penurunan jumlah sperma di dunia Barat, katanya.
“Sepengetahuan kami, ini adalah studi pertama yang melaporkan jenis korelasi antara kualitas sperma dan waktu paparan cahaya panjang gelombang pendek yang dipancarkan dari media digital di malam hari dan setelah waktu tidur,” catat para peneliti di Israel.
“Tidak ada kerugian untuk menghentikan penggunaan perangkat digital lebih awal di malam hari, beberapa jam sebelum waktu tidur,” kata Swan.(*)
Had[0
Source | : | Everyday Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar