GridHEALTH.id - PSBB Total Diperketat di DKI Jakarta kali ini, yang dimulai pada hari ini, Senin (14 September 2020), Gubernur Anies Baswedan ingatkan warganya prihal test Covid-19.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mewajibkan warga DKI Jakarta mengikuti test Covid-19.
Baca Juga: Mengeluh Mulut Pahit dan Sering Haus, Wakil Bupati Pidie Ternyata Positif Covid-19
Hal ini telah ditentukan oleh Dinas Kesehatan DKI melalui puskesmas-puskesmas di wilayah DKI Jakarta pada masa PSBB total diperketat saat ini, hingga dua pekan ke depan.
Mengenai test Covid-19, diantaranya Swab dan PCR (Polymerase Chain Reaction), adalah metode yang digunakan di Indonesia dalam mendeteksi keberadaan virus corona (Covid-19) pada seseorang.
Menurut Mayo Clinic, tes swab sendiri merupakan proses pengambilan sampel lendir dari saluran pernapasan.
Caranya dengan mengusap tenggorokan melalui mulut dan hidung.
Hal ini dilakukan karena virus corona sama seperti flu, yaitu menyerang saluran pernapasan, sehingga hasil dari sampel tersebut akan diuji kebenarannya di laboratorium.
Namun berbicara mengenai tes swab ini, tak bisa dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang meragukan keakuratan hasilnya sendiri.
Diketahui banyak pasien yang bingung lantaran hasil swab dinilainya bisa berubah, seperti hari ini negatif namun dua atau tiga hari kemudian positif.
Lantas muncul pertanyaan apakah hasil swab tes sebetulnya tidak terlalu akurat?
Baca Juga: Hari Pertama PSBB Total Diperketat, Anies Baswedan Ingatkan Warga DKI Jakarta Wajib Test Covid-19
Achmad Yurianto, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Ditjen P2P Kemenkes) pun akhirnya merespon keraguan masyarakat tentang tes swab ini.
Yurianto menjawab pertanyaan melalui perbincangan virtual bersama Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dan Staf Direksi Cecep Burdansyah.
Saat disodori pertanyaan tentang reaksi masyrakat yang terkadang meragukan hasil tes swab, Yuri mengatakan bahwa semua harus dipahami jika pemeriksaan yang direkomendasikan oleh global, oleh dunia adalah pemeriksaan anti kit.
Pemeriksaan anti kit ini dietahui hanya bisa kita lakukan dengan metode swab. Oleh karena itu selalu dilakukan real time PCR.
"Hari ini saya di tes, berarti hari ini status saya. Katakan saya di swab hari ini, hasilnya tiga hari yang akan datang dan negatif.
Apakah tiga hari yang akan datang saya negatif? Tidak ya pada saat diambil itu saya negatif. Artinya bisa saja setelah saya diambil, besoknya jadi positif," jelasnya.
Baca Juga: Ketua Satgas Covid-19 : ' Tidak Ada Tempat Aman Bebas Covid-19, Kuncinya Cuma Menjaga Diri'
Yuri lantas menjelaskan jika ada faktor risiko dan pengambilan swab pun harus spesifik.
"Kalau ambil swab-nya salah, dan kalau ambil darah sih gampang lah. Kalau ini yang ambil salah, kemudian virusnya lepas, yang ambil bisa kena juga. Jadi banyak risiko, sehingga harus spesifik yang melakukan," ucap Yuri lagi.
Lantas, apakah hasil swab tes sebetulnya tidak terlalu akurat?
Baca Juga: Pentingnya Vaksin Influenza Saat Wabah Covid-19 , Tetapi Tidak Semua Orang Bisa Karena Sebab Ini
Yurianto menjawab, hasil itu bisa dikatakan hasil tes akurat manakala prosedurnya benar.
"Akurat jika prosedurnya benar," ucapnya.
Ia mengingatkan bahwa testing, tracing, itu bicara jilid II karena jilid I nya protokol kesehatan.
Apakah kita baru mematuhi protokol kesehatan, kalau kita positif, kan tidak.
Jadi ini yang harus kita luruskan bahwa masyarakat mengatakan di tempat saya tidak ada tes lah.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Mayo Clinic,tribunnews |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar