GridHEALTH.id - Kemunculan vaksin Covid-19 buatan Rusia, Suptnik V memang terus mencuri sorotan publik.
Bagaimana tidak, vaksin Covid-19 buatan adidaya tersebut sempat diragukan banyak pihak, termasuk jajaran Kementerian Kesehatan Rusia hingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca Juga: Dokter Rusia Tinggalkan Kementerian Kesehatan usai WHO Ragukan Vaksin Covid-19 Sputnik V
Profesor Alexander Chucalin, anggota Kemnterian Kesehatan Rusia menganggap bahwa Sputnik V merupakan vaksin yang terburu-buru dibuat.
Bahkan, beberapa ilmuwan juga khawatir vaksin Covid-19 buatan Institut Gamaleya Moskow ini berbasis Ad5 yang dapat meningkatkan kemungkinan tertular HIV.
Kendati demikian, baru-baru saja WHO mengucap rasa syukur dan terima kasih atas kehadiran vaksin Covid-19 Rusia Suptnik V tersebut.
Melansir dari Sputnik News, Direktur Regional WHO Eropa Hans Kluge mengapresiasi langkah Federasi Rusia yang telah mengembangkan vaksin Covid-19 bernama Sputnik V.
"Sekali lagi saya ingin ucapkan terima kasih kepada Rusia atas keberhasilan mereka dalam menciptakan sebuah vaksin yang aman dan efektif," ujar Kluge, Senin (21/9/2020).
Kluge juga mengatakan bahwa Rusia telah membantunya memberikan bantuan kepada negara-negara Asia Tengah di saat pandemi, dan secara umum telah menunjukkan komitmennya terhadap solidaritas global.
Sebelumnya, Profesor Alexander Chucalin justru meninggalkan Kementerian Kesehatan Rusia setelah pengumuman vaksin tersebut.
Dia meninggalkan Kementerian Kesehatan Rusia, setelah dia gagal menghentikan Rusia mengumumkan vaksin Covid-19 tersebut.
Chucalin memilih mengundurkan diri dan tidak mengungkapkan alasan resmi.
Tetapi dalam jurnal Rusia Nauka i Zhizn (Sains dan kehidupan) dia mengatakan, "penting untuk memastikan vaksin tersebut aman untuk digunakan manusia."
Sementara itu, Anna Durbin, peneliti vaksin di Universitas Johns Hopkins mengkhawatirkan penggunaan Ad5 dalam vaksin Covid-19 buatan Rusia.
"Saya tidak yakin apa strategi mereka ... mungkin tidak akan memiliki kemanjuran 70%. Mungkin memiliki kemanjuran 40%, dan itu lebih baik daripada tidak sama sekali, sampai sesuatu yang lain muncul," ujarnya.
Vaksin berbasis Ad5 ini dapat meningkatkan kemungkinan tertular HIV.
Dalam uji coba vaksin HIV tahun 2004, orang dengan kekebalan yang sudah ada sebelumnya menjadi semakin rentan terhadap virus penyebab AIDS.
Para peneliti, termasuk ahli penyakit menular terkemuka di AS, Dr. Anthony Fauci, dalam sebuah makalah tahun 2015, mengatakan bahwa efek samping tersebut mungkin unik pada vaksin HIV.
Tetapi mereka memperingatkan bahwa kejadian HIV harus dipantau selama dan setelah uji coba semua vaksin berbasis Ad5 pada populasi berisiko.
“Saya akan khawatir tentang penggunaan vaksin tersebut di negara mana pun atau populasi mana pun yang berisiko terhadap HIV, dan saya menempatkan negara kami sebagai salah satunya,” kata Dr. Larry Corey, salah satu pemimpin Pencegahan Vaksin Virus Corona AS. Network, yang merupakan peneliti utama dalam uji coba vaksin tersebut.
Baca Juga: Studi: Penderita Demam Berdarah Lebih Sulit Terpapar Infeksi Virus Corona
Terlepas dari itu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengumumkan penemuan vaksin Sputnik V menawarkan "kekebalan berkelanjutan" terhadap virus corona. (*)
#hadapicorona
Source | : | Sputnik News |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar