Poin ketiga yang dokter Tirta sorot adalah rapid test yang dijadikan sebagai syarat semua semua urusan seperti kerjaan, administrasi, transportasi dll.
Sayangnya warga juga justru harus menanggung biaya sendiri dari kewajiban rapid test tersebut.
"TAPI WARGA DISURU BAYAR SENDIRI? LOGIS? RAPID TEST SEROLOGY DISAMAIN KAYA SKCK BUNG !," jelasnya.
Baca Juga: Ironis! Hanya 3 Persen Warga Jabodetabek yang Sadar Akan Pentingnya Menjaga Jarak di Pasar
Lalu poin keempat yang disorot adalah perubahan harga rapid test yang dianggapnya murni masalah bisnis.
"April mei harga meroket di angka 300-400 rebu. Tiba2 skrng 100-150 doank. Kok iso? Lha kalo skrng bisa murah? Trus dulu2 mahal, itu gimana? Brarti harga modal sejatinya rendah, tapi karena ga ada batasan HARGA ECERAN TERTINGGI, JADINYA MAHAL. JUJUR AJA, PURE INI BISNIS ! ADA CERUK LABA YG DIAMBIL DI SINI ! AYOK PEMBELIAN RAPID HARUS DI AUDIT ! :) BRANI GA?," tulis poin keempat.
Baca Juga: Fakta Kontroversial Rapid Test Bukan Rekomendasi IDI dan Hasilnya Palsu
Source | : | The Guardian,Instagram |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar