GridHEALTH.id - Seperti kita ketahui, pasien Covid-19 baru bisa dinyatakan sembuh setelah mendapatkan dua kali hasil negatif tes swab.
Nah, yang terjadi pada beberapa pasien ini sungguh memprihatinkan.
Mereka mengalami gejala infeksi virus corona selama berbulan-bulan setelah pertama kali dinyatakan terinfeksi Covid-19.
Baca Juga: Hamil Muda Munculkan Banyak Jerawat di Punggung, Benarkah Dapat Timbulkan Masalah Kesehatan?
Padahal normalnya seseorang bisa sebuh hanya dalam waktu 14 hari.
Infeksi Covid-19 yang tak kunjung sembuh ini dinamakan long Covid.
Mengenai hal ini, National Institute for Health Research (NIHR) baru saja merilis laporan yang menunjukkan bahwa Long Covid mungkin bukan satu sindrom tunggal.
Tapi ini adalah empat sindrom berbeda, yang mungkin dialami beberapa pasien secara bersamaan.
Dilansir The Guardian, subtipe Covid yang bertahan lama yang diidentifikasi oleh NIHR yaitu:
* Pasien yang mengalami efek setelah perawatan intensif;
* Pasien yang mengalami kelelahan pasca-virus;
Baca Juga: Air Kelapa Memang Menyehatkan, Tapi 6 Efek Sampingnya Ini Perlu Dipertimbangkan
* Pasien dengan kerusakan organ yang bertahan lama; dan
* Pasien dengan gejala berfluktuasi yang bergerak ke seluruh tubuh.
"Kami percaya bahwa istilah Long Covid digunakan sebagai penampung semua untuk lebih dari satu sindrom, mungkin hingga empat," kata Dr Elaine Maxwell, penulis utama laporan NIHR.
Baca Juga: Kampanye CTPS Kemenkes, Cara Efektif dan Murah Cegah Penularan Covid-19
Namun, Prof Danny Altmann, ahli imunologi di Imperial College London, memperingatkan bahwa mempersempit Long Covid menjadi hanya empat sindrom mungkin terlalu sederhana.
Banyak penderita Long Covid yang dilaporkan mengalami kelelahan, nyeri otot, dan kesulitan berkonsentrasi.
CFS (chronic fatigue syndrome) atau sindrom kelelahan kronis sebelumnya telah dikaitkan dengan infeksi virus Epstein-Barr dan demam Q.
Studi terhadap orang yang terinfeksi Sars tahun 2003 lalu juga menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari mereka mengalami penurunan toleransi terhadap olahraga selama berbulan-bulan, meskipun paru-paru mereka tampak sehat.
Diperkirakan ada sekitar 10% pasien Covid-19 mengalami gejala yang berlangsung lebih dari tiga minggu, serta sekitar satu dari 50 pasien masih sakit dalam tiga bulan.
Laporan NIHR mengatakan gejala yang bertahan lama telah diamati pada semua kelompok usia, termasuk anak-anak.
Tetapi hasil yang tidak dipublikasikan dari Covid-19 Symptom Study menunjukkan bahwa wanita dan orang tua mungkin berisiko lebih besar.
"Di atas usia 18 tahun, risiko gejala yang berlangsung lebih dari sebulan tampaknya secara umum meningkat seiring bertambahnya usia," kata Prof Tim Spector, profesor epidemiologi genetik di King's College London yang menjalankan penelitian tersebut.
Kelompok yang kurang dipelajari adalah penghuni panti jompo.
"Apa yang kami dengar dari staf garis depan adalah bahwa ada sekelompok pasien yang mungkin tampak seperti sedang dalam pemulihan, dan kemudian kambuh."
"Kekuatan dan stamina mereka tampaknya menurun, sementara Covid mungkin telah mempercepat laju penurunan kognitif pada penderita demensia," kata Prof Karen Spilsbury.
Spilsbury merupakan ketua penelitian keperawatan di Universitas Leeds.
Ia telah mempelajari dampak Covid-19 pada penghuni panti jompo.
Penting diketahui, sesak napas, batuk, atau denyut nadi yang terus-menerus bisa menjadi gejala kerusakan permanen pada paru-paru atau jantung, meskipun ini tidak selalu permanen.
Kerusakan paru-paru tampaknya sangat umum di antara pasien covid-19 yang membutuhkan perawatan rumah sakit, terlebih dalam waktu lama.
Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa 6 minggu setelah meninggalkan rumah sakit, sekitar setengah dari pasien masih mengalami sesak napas.
Jumlah itu turun menjadi 39% dalam 12 minggu.
Sementara itu, sekitar sepertiga dari pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami kerusakan jantung.
Meski mereka yang mengalami infeksi ringan juga bisa terpengaruh.
Sebuah studi terpisah terhadap 100 pasien, banyak di antaranya mereka yang memiliki gejala yang relatif ringan ketika mereka terinfeksi pada bulan Maret.
Baca Juga: Survei : Warga Pilih Vaksin Covid-19 Merah Putih Produksi Indonesia Dibanding Sinovac Buatan Cina
Studi itu mengungkapkan bahwa 78 pasien di antaranya menunjukkan perubahan struktural abnormal pada jantung mereka pada pemindaian MRI.
Perubahan ini tidak selalu menimbulkan gejala, dan dapat menghilang seiring waktu.
Masalah yang sedang berlangsung dengan hati dan kulit juga telah dilaporkan.
Baca Juga: Tempe yang Dibungkus Daun Pisang Mengandung Bakteri Jahat Merugikan
Mungkin kelompok Long Covid yang paling aneh adalah mereka dengan gejala yang berfluktuasi.
Umumnya, gejala muncul dalam satu sistem fisiologis kemudian mereda.
Tapi ini ada gejala lain lagi yang muncul di sistem yang berbeda.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Bio Farma Sedang Diaudit BPOM Hingg ke China, Juga Oleh LP POM MUI
Meskipun mekanisme yang mendasari tetap belum terbukti, gejala tersebut mungkin berkaitan dengan sistem kekebalan yang terganggu, kata Altmann.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Fakta Seputar Long Covid yang Harus Diketahui, Penderita Tak Kunjung Sembuh setelah Berbulan-bulan"
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar