GridHEALTH.id - Gula Garam Lemak (GGL) adalah 'teman' manusia dalam keseharian.
Sebab tanpa GGL makanan menjadi kurang sedap, begitu juga minuman.
Baca Juga: Canggih, Para Pakar Informatika Ini Ciptakan Alat Deteksi Covid-19 Dari Suara Batuk
Karenanya mengapa, makanan yang lezat umumnya mengandung GGL. Minuman yang nikmat umumnya pun mengandung gula.
Tapi kita harus tahu GGL walau dibutuhkan dan penting bagi kesehatan, namun tidak boleh berlebihan dikonsumsi.
Kita tidak boleh leih dari ambang batas maksimum mengonsumsi GGL.
Baca Juga: Wajib Batasi Konsumsi Gula, Garam, Lemak saat Pandemi Covid-19, Apa Hubungannya?
Jika tidak dipatahui, GGL akan menjadi sumber malapetaka.
Karena GGL berlebih, seseorang bisa menderita diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi juga masalah jantung.
Penting diketahui, melansir Kompas.com (5 November 2020) yang mengutip data International Diabetes Federation (IDF), kini Indonesia berstatus waspada diabetes.
Sebabbya, kini penyakit diabetes di Indonesia menempati urutan ke-7 dari 10 negara dengan jumlah pasien diabetes tertinggi.
Baca Juga: Kurma Sebagai Pengganti Gula Saat Membuat Kue Plus Resep Bola Kurma
Prevalensi pasien pengidap diabetes di Indonesia mencapai 6,2 persen, yang artinya ada lebih dari 10,8 juta orang menderita diabetes per tahun 2020.
Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Prof Dr dr Ketut Suastika SpPD-KEMD mengatakan bahwa angka ini diperkirakan meningkat menjadi 16,7 juta pasien per tahun 2045.
Baca Juga: Jadi Presiden Baru Amerika Serikat, Ini 9 Rencana Berbeda Joe Biden Atasi Pandemi Covid-19
Dengan data tahun ini, 1 dari 25 penduduk Indonesia atau 10 persen dari penduduk Indoneia mengalami diabetes.
Sedangkan hipertensi, Riskesdas 2018 menyebutkan, 63 Juta lebih penduduk Indonesia menyandang hipertensi.
Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian.
Baca Juga: Zona Merah Berkurang, Benarkah Jadi Alasan Anies Baswedan Sebut Jakarta Mulai Aman Terkendali?
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).
Melansir p2ptm.kemkes.go.id, penyebab kematian di Indonesia pada tahun 2016 didapatkan total kematian sebesar 1,5 juta dengan penyebab kematian terbanyak adalah penyakit kardiovaskuler 36,9%, kanker 9,7%, penyakit DM dan endokrin 9,3% dan Tuberkulosa 5,9%.
Baca Juga: 5 Resep Alami India untuk Detoks Paru-paru, Tingkatkan Fungsi Paru Hingga Halau Infeksi
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) menyebutkan bahwa dari total 1,7 juta kematian di Indonesia didapatkan faktor risiko yang menyebabkan kematian adalah tekanan darah (hipertensi) sebesar 23,7%, Hiperglikemia sebesar 18,4%, Merokok sebesar 12,7% dan obesitas sebesar 7,7%.
Hipertensi sekarang jadi masalah utama kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia, karena hipertensi ini merupakan salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke,”
Baca Juga: WHO Merencanakan Skema Asuransi Vaksin Covid-19 Untuk Negara Miskin
Untuk menghindari semua penyakit mematikan tersebut, yang utama adalah #bijakGGL.
Bagaimana caranya bisa #bijakGGL?
Sesuai dengan Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak, Serta Pesan Kesehatan Pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji, untuk #bijakGGL ruusnya mudah; G4-G1-L5.
Baca Juga: Obat Dari Korea Selatan Ini Ampuh Mempercepat Kesempuhan Pasien Positif Corona
* Anjuran konsumsi gula /orang /hari adalah 10% dari total energi (200 kkal)atau setara dengan Gula 4 sendok makan /orang /hari (50 gram/orang/hari).
* Anjuran konsumsi garam adalah 2000 mg natriumatau setara dengan Garam 1 sendok teh (sdt) /orang /hari (5 gram/orang/hari).
* Anjuran konsumsi lemak /orang/hari adalah 20-25% dari total energi (702 kkal)atau setara dengan Lemak 5 sendok makan/orang /hari (67 gram/orang/hari).(*)
Baca Juga: Pesan Terakhir Gatot Brajamusti, Alasan Mengapa Sakitnya Bisa Merenggut Nyawanya
#bijakGGL
#Berantasstunting
#HadapiCorona
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar