Diketahui konsumsi gula garam dan lemak di Indonesia memang sangat tinggi.
Menurut data Survey Diet Total yang dilakukan pada 2014, 5 dari 100 orang Indonesia mengonsumsi gula lebih dari 50 gram/hari. Konsumsi tertinggi ada di Yogyakarta dengan 16,9 %.
Kemudian 53 dari 100 orang Indonesia mengonsumsi garam lebih dari 2.000 mg/hari. Konsumsi garam tertinggi adalah warga DKI Jakarta dengan 65,4 %.
Terakhir, 27 dari 100 orang Indonesia mengonsumsi lemak lebih dari 67 gram/hari. Konsumsi lemak tertinggi juga masyarakat DKI Jakarta, dengan 48,2 %.
Alhasil berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi obesitas atau kegemukan pada orang dewasa di atas 18 tahun terus meningkat dari tahun ke tahun sejak 2007.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan disebutkan bahwa prevalensi obesitas meningkat sejak tiga periode Riskesdas yaitu pada 2007 10,5%, 2013 14,8%, dan 2018 21,8 %.
Alhasil kondisi ini pun berimbas pada angka kejadian penyakit tidak menular di Indonesia yang meningkat dari 2013 ke 2018, termasuk diabetes melitus (dari 6,9% menjadi 8,5%), stroke (dari 7% menjadi 10,9%), dan hipertensi (dari 25,8% menjadi 34,1%).
Melihat angka tersebut, tidak ada salahnya juga Indonesia meniru langkah yang dilakukan negara Britania tersebut.(*)
Baca Juga: Segera Ganti Masker Berkeringat Ketika Berolahraga, Ini Alasannya
#berantasstunting
#BijakGGL
#hadapicorona
Source | : | Kontan.co.id,Riskesdas 2018,The Telegraph |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar