GridHEALTH.id - Telur adalah bahan makanan sumber protein yang sangat mudah diolah menjadi beragam menu masakan.
Namun konsumsi telur setiap hari dalam jangka panjang dinilai berkaitan dengan peningkatan risiko diabetes mellitus tipe 2.
Hal ini diungkapkan melalui sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti gabungan dari China Medical University dan Qatar University, dikutip dari South China Morning Post (22/09/2020).
Studi yang berlangsung selama 1991-2009 ini merupakan studi pertama yang menilai konsumsi telur pada sampel yang besar populasi orang dewasa China.
Studi ini dilakukan karena peningkatan kasus diabetes di China tampak mengkhawatirkan. Di saat yang bersamaan, terdapat peningkatan konsumsi telur yang signifikan di China. Pada periode 1991-2009, jumlah orang yang mengonsumsi telur di China meningkat hampir dua kali lipat.
Ahli epidemiologi Dr Ming Li mengatakan, hubungan antara konsumsi telur dan diabetes kerap diperdebatkan.
Baca Juga: Terpaksa Menyimpan Telur di Kulkas? Hindari Menyimpan di Bagian Pintu
Baca Juga: Pentingnya Mengelola Kadar Gula Darah di Dalam Tubuh, Salah Satunya Kurangi Asupan Gula
Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk mengetahui dampak jangka panjang dari konsumsi telur setiap hari terhadap risiko kejadian diabetes mellitus tipe 2.
"Studi ini bertujuan untuk menilai konsumsi telur jangka panjang dan risiko terjadinya diabetes, yang ditentukan dengan kadar gula darah puasa," jelas Dr Li.
Berdasarkan studi ini, konsumsi telur lebih dari 38 gram setiap hari dalam jangka panjang berkaitan dengan peningkatan risiko diabetes mellitus tipe 2 pada orang dewasa.
Sedangkan konsumsi telur lebih dari 50 gram setiap hari dalam jangka panjang berkaitan dengan peningkatan risiko diabetes mellitus tipe 2 hingga 60%. Efek ini terlihat lebih jelas pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Tim peneliti menekankan bahwa studi ini belum dapat membuktikan hubungan sebab-akibat di antara konsumsi telur dan peningkatan risiko penyakit yang juga disebut kencing manis tersebut. Dibutuhkan studi lebih lanjut untuk memahami hubungan sebab-akibat tersebut.
Baca Juga: Sering Kentut Sebelum Haid Datang, Fluktuasi Hormon Jadi Penyebabnya
Baca Juga: Diabetes Neuropati, Bisakah Disembuhkan? Ini Dia Cara Mengelolanya
Baca Juga: Kurma Sebagai Pengganti Gula Saat Membuat Kue Plus Resep Bola Kurma
Terlepas dari itu, Dr Li mengingatkan bahwa pola makan yang tak seimbang merupakan faktor risiko dari diabetes mellitus tipe 2. Akan tetapi, pola makan merupakan faktor risiko yang bisa dimodifikasi. (*)
#bijakGGL #berantasstunting #hadapicorona
Source | : | South China Morning Post |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar