Sebuah studi tahun 2019 yang lebih baru menemukan bahwa konsumsi rutin lemak jenuh dan gula tambahan terkait dengan perasaan cemas yang lebih tinggi pada orang dewasa di atas usia 60 tahun.
Lihat postingan ini di Instagram
Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperkuat hubungan antara suasana hati dan konsumsi gula, penting untuk mempertimbangkan bagaimana pilihan diet dan gaya hidup dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis. (*)
#bijakGGL #berantasstunting #hadapicorona
2. Gula dapat melemahkan kemampuan untuk menghadapi stres
Banyak orang beralih ke makanan manis manis saat merasa cemas. Itu karena makanan manis bisa melemahkan kemampuan tubuh untuk merespons stres.
Gula dapat membantu mengurangi rasa lelah dengan menekan sumbu hipotalamus hipofisis adrenal (HPA) di otak yang mengontrol respons terhadap stres.
Para peneliti di University of California, Davis menemukan bahwa gula menghambat sekresi kortisol yang dipicu stres pada partisipan wanita sehat, meminimalkan perasaan cemas dan tegang. Kortisol dikenal sebagai hormon stres.
Namun pemberian permen bantuan sementara dapat membuat kita lebih bergantung pada gula, dan meningkatkan risiko obesitas dan penyakit terkait.
Baca Juga: 5 Mitos Tentang Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) yang Perlu Diketahui
Baca Juga: Ini Alasannya Mengapa Sebaiknya Kita Mandi Setelah Kehujanan
Penelitian tersebut dibatasi hanya pada 19 partisipan wanita, tetapi hasilnya konsisten dengan penelitian lain yang melihat hubungan antara gula dan kecemasan pada tikus.
Source | : | Health Line |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar