GridHEALTH.id - Baik gula dan garam masing-masing memang punya risikonya sendiri bagi tubuh. Namun, di antara keduanya, sebenarnya mana yang lebih buruk? Apakah kebanyakan gula atau kebanyakan garam?
Pada dasarnya, kelebihan asupan apa pun tak baik buat kesehatan.Akan tetapi, tak ada salahnya untuk mencari tahu perbandingan bahaya antara pola makan kebanyakan gula dan kebanyakan garam.
Gula dibutuhkan manusia sebagai sumber karbohidrat sederhana. Karbohidrat diperlukan untuk menghasilkan kalori (energi).
Energi sendiri digunakan untuk menjalankan bermacam-macam tugas. Misalnya, fungsi kognitif otak, fungsi sistem pencernaan, dan fungsi gerak tubuh.
Sementara itu, zat mineral bernama natrium yang terkandung dalam garam dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Kekhawatiran terbesar para ahli gizi dan tenaga kesehatan seputar bahaya kebanyakan garam adalah risiko tekanan darah tinggi (hipertensi).
Baca Juga: Ibu Menyusui Mengonsumsi Gula Berlebih Berisiko Membuat Anaknya Diabetes
Baca Juga: Ini Alasannya Mengapa Sebaiknya Kita Mandi Setelah Kehujanan
Dalam tubuh, natrium dalam garam bertugas menahan cairan dalam tubuh. Kalau seseorang kebanyakan garam, makin banyak pula cairan yang menumpuk atau terjebak di pembuluh darah, ginjal, jantung, serta otak.
Akibatnya, ia bisa mengalami hipertensi. Hipertensi dapat meningkatkan risiko komplikasi yang fatal seperti serangan jantung, gagal jantung, dan stroke.
Lihat postingan ini di Instagram
Bahaya dari kebanyakan konsumsi gula jauh lebih rumit daripada garam. Kalau kebanyakan garam meningkatkan risiko kena penyakit jantung, kebanyakan gula efeknya bisa menjalar ke mana-mana.
Gula berlebihan akan disimpan tubuh sebagai cadangan lemak. Maka, mengonsumsi gula kebanyakan membuat kita cepat gemuk.
Namun, kebanyakan makan gula juga bisa meningkatkan risiko hipertensi, obesitas, diabetes, stroke, penyakit jantung, dan kanker.
Ini karena kadar gula berlebih bisa menyebabkan peradangan serta penuaan sel-sel dalam tubuh.
Baca Juga: Sering Merasa Sedih Saat Haid Merupakan Gejala PMS, Ini Cara Mengatasinya
Baca Juga: Studi : Reinfeksi Covid-19 Jarang dan Tidak Mungkin Terjadi Dalam Waktu 6 Bulan
Seperti dijelaskan ahli gizi dari Pennsylvania State University, Dr Mike Roussell, kebanyakan gula lebih bahaya daripada kebanyakan garam karena ternyata keduanya saling berkaitan.
Kalau kita kebanyakan gula, tubuh akan memproduksi hormon insulin untuk mencerna gula.
Padahal, hormon insulin akan meningkatkan fungsi natrium untuk menahan cairan di ginjal.
Hal ini tentu mengarah pada akibat yang sama seperti kebanyakan makan garam, yaitu risiko hipertensi.
Meskipun kebanyakan gula ternyata lebih berbahaya daripada kelebihan garam, bukan berarti kita tak boleh mengonsumsi keduanya sama sekali.
Sebab tubuh tetap memerlukan gula dan garam dalam batas wajar. Menurut anjuran dari Kementerian Kesehatan, sebaiknya remaja dan orang dewasa membatasi konsumsi gula sebanyak 5-9 sendok teh sehari.
Untuk asupan garam, batasi sampai satu sendok teh dalam sehari. Kita juga sebaiknya menghindari konsumsi makanan atau camilan dalam kemasan.
Baca Juga: Studi : Pil KB Ternyata Bermanfaat Mengurangi Risiko Rematik
Baca Juga: Obat Batuk Dapat Membantu Melawan Diabetes Tipe 2? Ini Faktanya
Sebab makanan kemasan memiliki kandungan gula dan garam jauh lebih tinggi daripada makanan yang kita olah sendiri. (*)
#bijakGGL #berantasstunting #hadapicorona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mana yang Lebih Bahaya: Kebanyakan Gula atau Garam?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2018/04/26/131046920/mana-yang-lebih-bahaya-kebanyakan-gula-atau-garam?page=all.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar