GridHEALTH.id - Kasus Covid-19 di Jawa Tengah belakangan ini disebut-sebut sebagai penambahan kasus tertinggi di Indonesia.
Hal ini dilihat dari penambahan kasus harian di Jawa Tengah pada Minggu (29/11/2020) yang lebih dari 2 ribu kasus.
Baca Juga: Jawa Tengah Jadi Episentrum Covid-19, Gubernur Ganjar Pranowo Salahkan Input Data Pusat
Namun, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut bahwa penambahan kasus di Jateng itu adalah hasil dari kesalahan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Pusat dalam menginput data.
"Perbedaan data terjadi karena Satgas Covid-19 pusat telat atau delay input data. Makanya saya kaget, katanya kami paling tinggi. Kami belum sampai ke sana. Bayangkan, bedanya banyak sekali sampai 3.000 data. Kalau besok tiba-tiba dimasukkan dalam rilis angka 3.000 itu, pasti gede, pasti meningkat,” kata Ganjar usai rapat evaluasi Covid-19 di Kantor Pemprov Jateng, Selasa (24/11/2020).
Baca Juga: Jawa Tengah Jadi Daerah Tertinggi Kasus Covid-19, Akankah Diberlakukan PSBB Total?
Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, tidak menampik adanya delay dan data ganda yang menyebabkan perbedaan jumlah kasus harian Covid-19 antara pusat dan daerah, khususnya Jawa Tengah.
"Iya betul," kata Wiku, Senin (30/11/2020), dikutip dari laman resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Wiku mengatakan, ke depannya memang perlu dibuat sistem data dengan kemampuan interoperabilitas. Namun, ia menyatakan sistem tersebut sudah dikembangkan.
"Dan dipakai di Satgas Penanganan Covid-19," ujarnya.
Baca Juga: Masuki Bulan Desember, Puncak Corona Belum Terlihat, Epidemiolog: 'Bisa Terjadi Tahun Depan'
Pada 29 November 2020, Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan kasus harian Covid-19 di Jawa Tengah sebanyak 2.036.
Di hari yang sama, data Pemprov Jawa Tengah menunjukkan penambahan sebanyak 844 orang yang positif.
Selisih sebesar 1.192 itu, kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, merupakan delay data yang diverifikasi dalam waktu pemeriksaan sekian pekan atau bulan yang lalu.
Menurut Ganjar, delay terjadi karena pemerintah pusat masih manual dalam menghimpun data.
Jawa Tengah menghimpun jumlah pasien baru corona berdasarkan laporan rumah sakit. Sedangkan pusat berdasarkan laboratorium.
Baca Juga: Takut Adanya Lonjakan Kasus Covid-19, Pemerintah Resmi Pangkas 3 Hari Cuti Bersama Akhir Tahun 2020
Selain delay, dari hasil analisis yang dilakukannya, data yang dilaporkan pusat ada yang terduplikasi.
Ia merinci, dari 2.036 kasus harian positif yang dilaporkan pusat, sebanyak 519 data merupakan duplikasi dari 176 orang.
"Itu 79 data dalam sistem corona.jatengprov.go.id, terus 97 data dalam sistem NAR punya pusat," kata Ganjar.
Baca Juga: Canggih, Hanya Dalam 5 Menit Alat Tes PCR Buatan Singapura Bisa Deteksi Keberadaan Virus Corona
Kemudian, dari 2.036 itu, sebanyak 647 data merupakan rilis sebelum 29 November dan 85 dirilis pada 29 November.
"Yang lain ada 785. Saya bagi-bagi dan kita telusuri," ujarnya. (*)
View this post on Instagram
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,corona.jatengprov.go.id |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar