GridHEALTH.id - Belakangan ini, muncul aanya varian baru virus corona yang diduga lebih menular.
Varian baru virus corona bernama "VUI - 202012/01" ditemukan di Inggris.
Baca Juga: Pandemi Kian Rumit, Ratusan Mutasi Virus Corona Dilaporkan Bermunculan
Melansir Kompas.com, sebanyak 1.108 kasus dengan varian ini telah diidentifikasi hingga Minggu (3/12/2020), terutama di wilayah Inggris bagian selatan dan timur.
Meskipun demikian, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa strain tersebut berdampak pada keparahan penyakit, respons antibodi, atau pengaruhnya pada kemanjuran vaksin.
Baca Juga: Rentan Terpapar Penyakit, Berapa Kali Kunjungan Neonatal Dilakukan selama Pandemi Covid-19?
Walau begitu, peneliti dari Birmingham University, Prof Alan McNally, meminta masyarakat tidak perlu panik atau takut secara berlebihan.
Menurut Alan, adanya varian baru ini bukan berarti Covid-19 jadi lebih menular atau ganas.
"Upaya besar sedang dilakukan untuk mengetahui karakter dari varian ini dan memahami kemunculannya. Penting untuk menjaga ketenangan dan rasionalitas pada strain tersebut karena ini adalah evolusi virus yang normal. Kami berharap varian baru datang dan pergi seiring berjalannya waktu," katanya.
Karena masih dalam tahap penelitian lebih lanjut, belum diketahui apakah varian baru virus ini membawa dampak yang lebih buruk atau tidak.
Baca Juga: Sembuh Dari Covid-19, Wagub DKI Ungkap Kondisi Terbaru Anies Baswedan; 'Masih Isolasi Mandiri'
Alasan lain agar masyarakat dilarang panik yaitu agar tidak menularkan virus corona lebih ganas.
Pasalnya, panik dapat menyebabkan berbagi penyakit kronis.
Saat panik, tubuh akan mengalami tekanan dan melepaskan hormon stres yang disebut kortisol.
Berdasarkan laman WebMD, jika kadar hormon kortisol ini meningkat, dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang cepat, kulit yang mudah memar, kelemahan otot, diabetes, dan banyak masalah kesehatan lainnya.
Baca Juga: Tak Langsung Tatap Muka, Akuratkah Anamnesis Jarak Jauh dalam Telemedicine?
Selain itu, panik atau stres juga dapat menurunkan limfosit tubuh atau sel darah putih yang membantu melawan infeksi.
Semakin rendah tingkat limfosit, semakin berisiko terkena virus, termasuk flu dan pilek biasa.
Bahkan, tingkat panik atau stres yang tinggi juga dapat menyebabkan depresi dan kecemasan, bahkan bisa mengarah ke tingkat peradangan yang lebih tinggi.
Jadi, meski ada pemberitaan mengenai varian baru virus corona yang diduga lebih menular, masyarakat dilarang panik dan tetap menerapkan protokol kesehatan di manapun berada. (*)
Baca Juga: Studi : Sistem Kekebalan Merespons Lebih Kuat Pada Pasien Covid-19 Tanpa Gejala
View this post on Instagram
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,WebMD |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar