Sementara itu, Pakar neurologi di David Geffen School of Medicine di UCLA, Jason D Hinman menjelaskan bahwa Bell's palsy bisa terjadi karena infeksi virus pada saraf.
"Ini bisa terjadi akibat trauma, tetapi lebih sering terjadi karena infeksi virus pada saraf itu sendiri," kata dia seperti dilansir Health, Jumat (11/12/2020).
Baca Juga: Sering Melewatkan Sarapan, Serangan Jantung Menanti, Hindari Bubur dan Mi
Adapun virus atau bakteri yang disebut biang bell's palsy di antaranya Herpes simpleks, HIV yang bisa merusak sistem kekebalan, Sarcoidosis biang radang organ, Herpes zoster, Virus Epstein-Barr, Penyakit Lyme yang disebabkan infeksi bakteri dari kutu.
Namun dari deretan virus penyebab kelumpuhan wajah tersebut tidak disebutkan bahwa virus corona dapat memengaruhinya
Bahkan, Hinman tak yakin kondisi ini bisa disebabkan SARS-COV-2 atau virus yang menyebabkan Covid-19 ataupun vaksinnya.
"Saya tidak dapat membuat hubungan langsung dengan vaksin dan menduga ini kebetulan. Angka kejadian Bell's palsy kira-kira 20 dari 100.000 orang. Sementara studi Pfizer memeriksa 38.000 pasien, jadi empat kasus Bell's palsy disebut berada dalam insiden normal yang diamati," tuturnya. (*)
Baca Juga: Wagub DKI; Para Penolak Vaksinasi Covid-19 di Jakarta Bakal Didenda Rp 5 Juta
View this post on Instagram
#hadapicorona
Source | : | Health,Mayo Clinic |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar