GridHEALTH.id - Kisah heroik terjadi di San Antonio, Texas, Amerika Serikat.
Dimana berkat donor plasma darah yang dilakukan pasangan suami istri, Brian (59) dan Dina Murphy (60) telah menyelamatkan nyawa puluhan pasien yang terinfeksi virus corona (Covid-19).
Setidaknya ada 68 pasien Covid-19 yang sudah mereka selamatkan.
Melansir ABC News, Keduanya terinfeksi pada Maret 2020.
Seperti banyak orang yang tertular Covid-19 ketika pandemi pertama kali dimulai, Brian dan Dina pun awalnya tidak memiliki jawaban yang memastikan bahwa mereka mengidap virus tersebut.
Brian (59), yang rentan terhadap infeksi sinus, mengaku mulai sakit pada awal Maret.
Namun, karena dia merasa tidak memiliki semua gejala Covid-19, maka dia didiagnosis mengalami sakit kepala biasa.
Sementara, gejala sesak napas yang dialami disebut sebagai dampak infeksi sinus.
Sementara, pada Dina serangan Covid-19-nya pun dirasakan berbeda.
"Saya mulai demam," kata dia yang mengaku mulai memeriksakan diri ke dokter setelah sekitar lima hari mengalami gejala.
Baca Juga: 9 Penyebab Sering Tiba-tiba Pingsan Akibat Tekanan Darah Rendah
Baca Juga: Aneka Makanan Pemicu Batu Ginjal Ini Harus Dihindari, Bisa Bikin Fungsi Ginjal Rusak
Dokter lantas meminta Dina menjalani strep test dan tes flu, tetapi hasilnya negatif, lalu tim medis melakukan tes Covid-19, dan terungkap hasil positif lima hari kemudian.
Beberapa gejala yang dialami Dina salah satunya adalah mual, di mana ada aroma tertentu akan membuatnya mual.
Selanjutnya, meski Brian tak pernah menjalani tes serupa, Dina yakin dia tertular virus corona dari suaminya.
Barulah usai dia mulai menyumbangkan plasma darah di the South Texas Blood and Tissue Center, pemeriksaan darah Brian selesai, dan dia mengetahui bahwa dia juga sempat menderita virus corona.
Baca Juga: Sering Mual saat Hamil, Tanda IQ Anak Tinggi atau Masalah Kehamilan?
“Dia punya antibodi tinggi, dialah yang menularkan kepada saya karena dia menderita infeksi sinus," kata Dina.
Sejak saat itulah, pasangan ini mulai mendonasikan plasma mereka.
Dina mulai mendonorkan plasma darahnya itu pada pertengahan April 2020. Sementara, Brian baru mengikuti jejak istrinya dua bulan kemudian.
Bersama dengan donasi tersebut, mereka diberi tahu bahwa tindakannya telah dapat membantu 68 pasien Covid-19 untuk sembuh.
"Kami ingin memberi kembali," kata Brian.
"Kami dibesarkan seperti itu, dan melakukan pekerjaan semacam ini di komunitas," sambung dia.
Dengan misi membantu mereka yang membutuhkan donasi plasma, mereka juga ingin memberi tahu orang lain bahwa prosesnya lebih mudah daripada yang diperkirakan banyak orang.
Dina menceritakan, yang dibutuhkan hanyalah tusukan jarum kecil yang dilakukan oleh phlebotomist yang sangat terlatih.
"Memberi plasma sebenarnya - jauh lebih mudah daripada percaya atau tidak, mendonasikan darah," kata Dina.
"Petugas medis akan menarik plasma keluar dari darah, dan kemudian memasukkan kembali darah kita ke dalam tubuh."
Baca Juga: Waspada Pandemi Susulan, Epidemiolog: 'Jauh Lebih Hebat dari Covid-19'
"Kita tidak merasakannya, kita hanya merasakan sedikit kesejukan saat plasma masuk kembali."
"Jadi ini sangat sederhana dan membutuhkan sedikit lebih banyak waktu, " sebut dia.
Dina mengimbau, bagi masyarakat yang bisa mendonorkan plasma darahnya untuk segera melakukannya.
"Ini adalah waktu kritis bagi setiap orang untuk mendapat plasma karena ada lebih banyak orang di rumah sakit sekarang yang dapat menggunakan donasi plasma," kata Brian.
“Kami hanya berharap masyarakat menyadari bahwa ini adalah sesuatu yang jika mereka selamat, mereka hanya perlu membalasnya,” tambah Dina.
"Ini sangat penting dan kita menyelamatkan umat manusia. Itulah yang sangat penting," cetus dia.
Baca Juga: Satu Lagi Khasiat Blue Berry, Mengatasi Disfungsi Seksual Pada Pria
Melihat kisah tersebut, diketahui pengobatan dengan menyuntikkan plasma darah ini sudah memang sudah digadang-gadang beberapa waktu yang lalu.
Sebab antibodi dari plasma darah atau serum dari orang-orang yang telah sembuh dari infeksi virus corona SARS-CoV-2 bisa menambah imunitas dari pasien yang baru terinfeksi.
Seperti diketahui, antibodi ini mengandung serum darah yang bisa menetralisir SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan infeksi Covid-19.
Salah satu studi tahun 2020, yang terbit dalam Journal of the American Medical Association, menemukan bahwa transfusi plasma darah pasien yang telah sembuh terbukti dapat membantu dalam penyembuhan pasien sakit kritis dengan COVID-19.
Pada penelitian tersebut, tercatat bahwa terdapat 5 pasien rentang usia 36 tahun - 65 tahun, 2 wanita menerima ventilasi mekanik pada saat pengobatan, dan semua telah menerima antivirus dan methylprednisolone.
Setelah transfusi plasma, suhu tubuh menjadi normal dalam 3 hari pada 4 dari 5 pasien.
Adapun sindrom distres pernapasan akut (ARDS) sembuh pada 4 pasien, pada 12 hari setelah transfusi, dan 3 pasien disapih dari ventilasi mekanik dalam 2 minggu perawatan.
Dari 5 pasien, 3 telah dipulangkan dari rumah sakit dengan lama perawatan berkisar 53 hari, 51 hari, dan 55 hari. Sementara, 2 dalam kondisi stabil pada hari ke-37 setelah transfusi.
Tak heran kini plasma darah disebut menjadi kunci sukses kesembuhan.(*)
Baca Juga: Anak Sampai Kekurangan Zat Besi, 2 Hal Besar Ini Akan Terjadi dan Ancam Masa Depannya
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Kompas.com,Journal of the American Medical Association |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Anjar Saputra |
Komentar