"Ini bisa terjadi akibat trauma, tetapi lebih sering terjadi karena infeksi virus pada saraf itu sendiri," kata dia seperti dilansir Health, Jumat (11/12/2020).
Adapun virus atau bakteri yang disebut biang bell's palsy di antaranya Herpes simpleks, HIV yang bisa merusak sistem kekebalan, Sarcoidosis biang radang organ, Herpes zoster, Virus Epstein-Barr, Penyakit Lyme yang disebabkan infeksi bakteri dari kutu.
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Akan Dilakukan 14 Januari 2021, Bagaimana Izin Edar dari BPOM?
Namun dari deretan virus penyebab kelumpuhan wajah tersebut tidak disebutkan bahwa virus corona dapat memengaruhinya
Bahkan, Hinman tak yakin kondisi ini bisa disebabkan SARS-COV-2 atau virus yang menyebabkan Covid-19 ataupun vaksinnya.
"Saya tidak dapat membuat hubungan langsung dengan vaksin dan menduga ini kebetulan. Angka kejadian Bell's palsy kira-kira 20 dari 100.000 orang. Sementara studi Pfizer memeriksa 38.000 pasien, jadi empat kasus Bell's palsy disebut berada dalam insiden normal yang diamati," tuturnya.
Baca Juga: Awal Januari 2021, Gedung DPRD DKI Jakarta Dilockdown, Ternyata Ada 15 Orang Positif Covid-19
Sedangkan untuk kasus seorang dokter perempuan yang mengalami kejang, sesak napas, dan adanya ruam di kulit, setelah mendapatkan vaksin Covid-19 BioNTech Pfizer, didiagnosis ensefalitis.
Melansir 24h.com.vn, pada Minggu (3/1/21), dokter perempuan yang mendapatkan vaksin BioNTech dari Pfizer tersebut adalah dokter di di Meksiko.
Dokter wanita yang tidak disebutkan namanya, harus dirawat secara di sebuah rumah sakit negara bagian utara Nuevo Leon.
Source | : | Health,Mayo Clinic,24h.com.vn,GridHealth.ID |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar