GridHEALTH.id - Dalam seminggu belakangan ini, kasus harian Covid-19 di Indonesia terus mencapai lebih dari 10 ribu.
Bahkan, hari ini, Sabtu (16/1/2021), Indonesia mencatat rekor tertinggi penambahan kasus Covid-19 sebanyak lebih dari 14 ribu.
Tercatat adanya penambahan 14.224 kasus baru Covid-19 , sehingga total ada 896.642 kasus Covid-19 di Tanah Air.
Hal ini tentu menjadi sorotan tajam para pakar epidemiolog mengenai peningkatan jumlah kasus baru Covid-19 di Indonesia.
Baca Juga: Ibu Menyusui Dilarang Minum 4 Jenis Obat Ini, Dampaknya Sangat Buruk Untuk Bayi
Epidemiolog asal Griffith University Dicky Budiman menyatakan, rekor baru penambahan kasus harian di Indonesia ini belum menunjukkan puncak pandemi.
Hal ini merujuk kepada pelacakan (tracing) dan pemeriksan (testing) di Indonesia yang masih rendah.
Apabila tracing dan testing di Indonesia bisa lebih ditingkatkan, idealnya saat ini penambahan kasus harian di Indonesia berada di kisaran 30.000-40.000 kasus.
"Kalau tidak ketemu (kasus positif) ya bahaya. Berarti kita loloskan banyak kasus infeksi Covid-19 dan inilah yang akhirnya menyebar," ujar Dicky ketika dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (8/1/2021).
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Bisa Menimbulkan Efek Samping, Ini Cara Ampuh Mengatasinya
"Dan puncaknya belum bisa kita tebak. Belum tentu di Januari ini ya. Sebab angka maksimalnya (testing) belum ketemu. Inilah yang menumpuk-numpuk," kata Dicky.
Dicky mewanti-wanti agar masyarakat tidak kaget jika menemukan penambahan kasus harian yang mencapai lebih dari 30 ribu.
"Jadi 11 ribu itu sudah saya bilang dari tahun kemarin, jadi jangan kaget kalau ketemu 10 ribu, bahkan 20 ribu atau 30 ribu, tidak usah kaget," ungkapnya.
Sejalan dengan Dicky, epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani menyebut kasus penyebaran wabah Covid-19 di Indonesia belum mencapai puncak gelombang pertama.
"Sejak kemunculan Covid-19 di bulan Maret 2020 kita belum menuju puncak yang pertama, masih bergantung di atas, bahkan sekarang sampai tembus 12 ribu kasus harian," ungkap Laura, dikutip dari Tribunnews.com, Jumat (15/1/2021).
Meledaknya kasus Covid-19, disebut Laura juga menjadi alarm bagi masyarakat mengenai berbagai kebijakan yang dikeluarkan.
Baca Juga: Kurangi Konsumsi Susu Harian, Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh
"Alarm bahwa kebijakan untuk menekan penyebaran Covid-19 belum berhasil," ungkapnya.
Laura menilai, implementasi kebijakan pemerintah belum tegas dan maksimal.
"Kebijakan pemerintah terkait dengan pembatasan mobilisasi masyarakat harus tegas," ujarnya.
Hal serupa juga dilontarkan pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono.
"Lakukanlah PSBB yang benar jangan pakai nama baru. Ya dibatasi gerak penduduk betul-betul, mobilitas penduduk dibatasi dikurangi, aturan harus diperketat tapi apakah berani, kan nggak mungkin," kata Pandu Riono.
Pandu meminta, penerapan PSBB ketat seperti di bulan Maret 2020 lalu dianggap dapat mempercepat penanganan Covid-19 di Indonesia.
"Seperti dulu waktu pada Maret, ya ikuti pada Maret itu apa, semua sekolah, semua kantor ditutup 100 persen work from home (WFH), semua pusat perbelanjaan ditutupkan."
"Ya persis pada waktu Maret semua dihentikan kalau mau berdampak cepat."
"Kalau masih seperti sekarang longgar," pungkas Pandu.
Terlepas dari itu, melihat adanya peningkatan kasus Covid-19 yang benar-benar merajalela seperti ini, akankah pemerintah mengambil strategi khusus? (*)
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com,Kontan.co.id |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar