GridHEALTH.id - Tes swab kini kain sering dilakukan beberapa masyarakat guna mendeteksi adanya infeksi virus corona (Covid-19) dalam tubuh.
Tes swab, baik rapid test antigen maupun swab PCR juga menjadi salah satu syarat perjalanan jauh.
Baca Juga: Muncul Varian Baru Virus Corona, Benarkah Tak Bisa Dideteksi Lewat Rapid Test Antigen atau Swab PCR?
Bahkan, adanya tracing dan testing yang tinggi dari pemerintah Indonesia membuat banyak masyarakat tak asing lagi dengan tes swab.
Kendati demikian, tak sedikit orang yang bertanya adakah efek buruk dari tes swab ini bagi kesehatan otak dan tubuh manusia.
Baca Juga: Tak Hanya Anak-anak, Orang Dewasa juga Wajib Dapatkan 18 Jenis Imunisasi, Ini Jadwalnya!
Pasalnya, seperti diketahui, sampel tes swab merupakan lendir yang diambil dari hidung atau tenggorokan.
Pengambilan lendir dalam hidung atau tenggorokan ini juga kerap kali menimbulkan sensasi yang berbeda pada setiap orang.
Terkadang, seseorang akan merasa geli hingga akhirnya bersin/batuk usai menjalani tes swab.
Ini adalah hal yang wajar.
Namun, rupanya masih banyak orang yang takut akan kabar tes swab dapat merusak jaringan otak.
Menanggapi hal tersebut, penelitian yang dipublikasikan dalam European Respiratory Journal tahun 2020 ikut menjawab keresahan masyarakat ini.
Penelitian tersebut menemukan 3 efek samping fatal yang dialami beberapa, yang konon usai menjalani tes swab.
Pertama, laporan kasus yang menggambarkan pecahnya swab hidung dengan memicu mekanisme breakpoint swab selama pemeriksaan pasien yang tidak kooperatif.
Kedua, laporan mengenai komplikasi ringan yang berbeda pada beberapa individu, dan satu individu dengan mimisan atau epistaksis parah hingga membutuhkan bantuan medis.
Ketiga, kasus kebocoran cairan serebrospinal (cairan otak dan tulang belakang) yang membutuhkan perbaikan bedah endoskopi dilaporkan setelah menjalani tes swab hidung.
Baca Juga: Kejadian Langka, Pria Ini Punya Antibodi Super Yang Mampu Menetralisir Covid-19
Dari beberapa kasus yang dilaporkan tersebut, rupanya terbukti jika seseorang yang menjalani tes swab hidung tersebut sudah memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan pendarahan.
Bahkan, sebagian kasus yang terjadi diakibatkan oleh ketidak-terampilan tenaga kesehatan dalam pengambilan sampel.
Untuk itu, Jarret Walsh, seorang penulis makalah senior sekaligus dokter di University of Iowa Hospital memperingatkan agar tenaga medis profesional harus berhati-hati dalam mengikuti protokol pengujian dengan cermat.
Selain itu, ia juga mengatakan orang yang pernah menjalani operasi sinus atau dasar tengkorak yang ekstensif harus mempertimbangkan melakukan tes swab hidung.
Walsh berharap orang dengan riwayat penyakit tersebut untuk mempertimbangkan tes swab tenggorokan jika tersedia.
Baca Juga: RS Rujukan Covid-19 Penuh, Pemprov DKI Jakarta Tambah 21 Rumah Sakit, Ini Daftarnya!
Sementara itu, dokter spesialis THT Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Anton Sony Wibowo, menegaskan, tes swab hidung tidak akan menyebabkan kerusakan otak.
Sebab, tes swab hidung tidak akan mencapai hingga penghalang darah otak.
Berkaca dari kasus-kasus mengerikan terkait tes swab tersebut, ada baiknya memilih fasilitas layanan kesehatan yang berkualitas dengan keterampilan tenaga kesehatan yang mumpuni. (*)
Baca Juga: Disuntik Vaksin Pfizer, 23 Relawan di Norwegia Mengalami Efek Samping Kemudian Meninggal Dunia
View this post on Instagram
#hadapicorona
Source | : | ncbi,JAMA Journal |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar