Tapi hanya dalam kurun waktu enam bulan, tersedia vaksin untuk memeranginya.
Lalu, flu babi ini menjadi flu musiman. Jadi masih ada dan bisa membuat manusia terpapar, hanya saja tidak lagi menjadi pandemi.
"Virus itu tidak hilang, saat di tahun 2010 virus itu masih ada, sudah ada kekebalan terhadap virus dari tahun 2009, sehingga tidak menjadi pandemi."
"Cukup banyak manusia yang memiliki kekebalan terhadap virus tersebut, entah karena mereka mendapat vaksinasi atau memiliki kekebalan karena sudah pernah terkena virus itu sebelumnya," kata Dr. Short.
Baca Juga: Sindir 'Jateng di Rumah Saja', Pemprov DKI Jakarta Akui Tak Bisa Lockdown di Akhir Pekan
Mengenai pandemi flu 1918 yang melanda dunia, dimana saat itu belum ada vaksin, dan akhirnya pandemi berakhir tanpa vaksin, Dr. Short mengatakan, tanpa adanya vaksin diperlukan waktu lebih lama untuk pandemi flu tersebut hilang.
Menurutnya, bida dilihat antara pandemi flu babi 2009, dengan pandemi flu 1918.
"Di 1918, tidak ada vaksin. Virus itu berkembang tanpa kendali dan pandemi itu masih terjadi di beberapa tempat hingga 1921," katanya.
Tapi pandemi flu tersebut bisa lenyap karena terjadi kekebalan massal yang membuat membuat virus itu jadi flu biasa.
"Virus 1918 tetap menjadi flu biasa sampai tahun 1958, yang kemudian digantikan oleh jenis H2N2, pandemi flu Asia." Jelas Dr. Short.
Namun kita harus tahu, terbentuknya kekebalan masal pada saat itu dengan mengorbankan nyawa puluhan juta manusia di seluruh dunia.
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar